(Melesat menderu melaju tanpa ragu.
Melesat menderu melaju tanpa ragu..
GD07 bersatu kita teguh.
GD07 bercerai kita runtuh.)
Melesat menderu melaju tanpa ragu..
GD07 bersatu kita teguh.
GD07 bercerai kita runtuh.)
Tanah itu terasa masih basah.
Tanah ktika jaket kebesaran yg saya nantikan sekian lama,
yg sharusnya sungguh saya agungkan,
saya pakai utk yg pertama kali d sebuah upacara pemakaman.
Pemakaman kerabat dekat,yg ahirnya menarik saya dlm sebuah dunia serba konfrotatif.
Masih terasa basah.
Hingga wktu saya terantuk2 menikmati kopi d siang hari itu,
saat saya mendapat kabar bhwa kerabat dekat saya tlah pergi satu lagi.
Tersedak antara percaya dn tidak,
dn dgn tergegas saya berlari menuju rumah sakit.
berharap sempat melihat ia utk yg terahir kalinya,
sebelum dikubur jauh d bawah bumi sana.
Krn saya tk ingin mengulang kesalahan lalu,
yg hanya bisa melihat pemakaman kelabu,
akibat bimbang antara birokrasi dan posisi.
Luka masih jelas terlihat d mata2 yg hadir.
Bhw kepergian utk selamanya tdk yg pertama dialami.
6bulan itu,saya belajar,
bhw Dia bisa memanggil hambaNya kapanpun.
Bahkan tanpa 'keslahan prosedur' yg tk disengaja sekali pun.
Saat itu jiwa sdh tk sanggup lagi,dengarkan kabar serupa.
Meski esok nanti,hingga ntah berapa ribu tahun lagi.
Pemimpin saya bilang,
Tuhan memiliki jalan masing2 bagi umatNya.
Dia tahu apa yg terbaik,dn tkkan segan Ia suratkan.
Meski mungkin,kita kan terheran2 akan apa yg terjadi,
yg hanya satu hal yg bisa kita perbuat,
IKHLAS,IKHLAS,IKHLAS.
Tapi satu pukulan lagi,meski dlm kabar yg berbeda.
Masih jelas terekam d benak saya,
sewaktu teman dekat satu angkatan saya,
menitikkan airmata ntah utk yg keberapa kalinya.
Krn satu lagi kerabat dekat kami,pergi.
Tdk selamanya sih,
sebenarnya hanya beda tmpat mengadu ilmu,
tp itu adalah hal besar utk kami,sungguh besar.
Krn itu berarti akan menimbulkan masalah2 baru yg lelah tiada berujung.
Semua hal yg trjadi,buat saya tk mengerti.
Mengapa,terkadang Tuhan memiliki paradigma yg sungguh berbeda dg saya.
Yg,membuat lelah.Bahwa lagi2 angkatan kami.
Lagi dan lagi.
Dan kini,
langit lagi kelabu.
Lagi,ntah utk yg kesekian kalinya saya bosan dgn kata itu.
Teman saya bilang,
dia sdh gagal utk yg ke empat kalinya.
Utk mempertahankan keutuhan angkatan.
Saya hanya tersenyum samar mendengarnya.
Dia saja gagal,apalagi saya.
Dan segala penyesalan diri saya kicaukan saat itu juga.
Bahwa saya,begini.Bahwa saya,begitu.
Lalu pemimpin saya kembali berkata,
kalau begitu,saya gagal menjadi pemimpin kalian?
Vid,semua itu udah diatur sama Allah,
kita semua cuma bisa usaha.
Sy yakin dia setelah ini jauh lebih hebat.
Sekarang kita sama2 berdoa aja ya.
Yg membuat saya terdiam.
Iya sih kak,tp kan tempatnya beda?
Dan mereka bilang,
dia,dia,dan dia yg terkait birokrasi sampah,
bahwa BEDA BUKAN BERARTI TIDAK SUKSES.
Saya lalu lagi diam,dn berpikir.
Bahwa menangis kini bukan tindakan yg tepat.
Bahwa saya harus lebih tegar,
hingga mereka bisa masuki dunia baru masing2,
dg dada busung dan senyum terkembang.
Karena ikhlas.
Selamat jalan,saudara2ku.
Esok nanti pasti berjumpa lagi,
lantas bertukar cerita mengenai perjalanan hidup masing2.
We shall overcome someday.;)
SEKALI 82 TETAP 82!!!
Karna saudara itu...ABADI.