Percayakah bahwa melalui kata - kata kita bisa mengenal - atau mungkin sekedar menerka - kepribadian bahkan kehidupan seseorang, meski tidak mengenal bahkan melihat orang tersebut sekalipun tidak pernah?
Bisa dimulai dengan kata - kata yang indah, atau menyihir, hingga secara tak sadar kita bisa terpaku begitu lama di layar komputer hanya untuk mebiarkan diri kita masuk tanpa pretensi ke dalam dunia kata - kata orang itu.
Ya, saya pernah.
Minggu - minggu ini saya merasa mati. Mati kreatifitas, mati produktifitas, mati berpikir & berargumen, bahkan saya kehilangan passion dalam bermain juga bertualang. Itu hal yang sangat tidak wajar. Biasanya, ketika saya mulai merasakan ketidakstabilan dalam hidup - seperti sepi atau kosong - saya selalu berhasil menemukan cara untuk mencari semangat baru, membangun jiwa baru, menemukan kesenangan - kesenangan dengan mudah untuk kembali membuat diri saya stabil. Bisa berjumpa ngalor - ngidul dengan sesahabat lama, mencium hujan, menyesap kopi dan temannya hingga dini hari, menggila di dunia maya, memburu waktu dengan dia, atau mengirup aroma alam bebas yang memompa adrenalin.
Hal - hal itu, selalu - tentu saja selalu! - berhasil bisa menarik saya kembali pada Bumi. Tanpa mengawang, tanpa menghabiskan waktu dengan suatu yang sia - sia. Kau tahu, saya selalu suka kesibukan, apalagi bila disertai dengan semangat yang melonjak tinggi.
Tapi ini berbeda. Saya seperti kehilangan arah. Bukan - bukan bintang utara yang hilang - tapi saya merasa ada yang hilang hahahaha, semacam kehilangan roh yang biasanya mendekam dalam jiwa, roh untuk hidup, yah itulah. Sudah banyak hal saya lakukan. Mulai dari aktifitas cepat pulang-cepat tidur-bangun pagi, nongkrong-pulang pagi, rajin kuliah, bolos kuliah, main game kayak orang gila, baca buku sampai mampus, minum kopi & temannya berteguk - teguk, menyaru dengan tanah, menelan hujan, melawan angin, bahkan berteriak sesuka hati. Nihil, Man~ Itu semua tidak hilang. Bahkan semakin menjadi karena mendapatkan tugas + kerjaan yang menumpuk plus gencetan dari sana - sini - baik dari dosen pembimbing ataukah sekedar komandan batalyon maupun komandan tertinggi - untuk menyuruh saya berlaku sebaik performa biasanya dan tak hanya berlaku sesuka hati tanpa beban seenak jidat, weks!
Yang saya mau hanya tidur, bengong, melamun, tertawa tapi jiwa ntah dimana. Tersenyum tapi merasa kosong. Akhirnya saya hanya mau bertemu secepatnya dengan seseorang yang selalu saya jadikan charger ajaib untuk penyelamatan diri - pragmatis!
Saya bilang, mungkin karena akhir - akhir ini saya merasa terkekang. Tak bisa pergi menggunakan pintu kemana saja sesuka hati karena ada tanggungjawab lain yang mesti saya pikirkan. Atau karena kondisi di sekitar tak lagi menyenangkan atau nyaman, dan lainnya yang ujungnya hanya terdengar sebagai rangkaian kata bodoh wujud pembelaan diri. Phew, memang sejak kapan kamu menyalahkan keadaan untuk keutuhan perputaran Bumi?
Lalu di salah satu momen pelarian diri saya di dunia maya, saya tiba - tiba jatuh cinta dengan beberapa kata yang indah dan menggelitik, yang alhasil membuat saya iseng membuka seluruh kata lebih banyak. Menelusup siapa gerangan penulisnya, menerka kepribadiannya lewat tulisan, meraba sosok melalui kebiasaan yang diceritakan, dan tiba - tiba memiliki impian untuk suatu saat tak sengaja bertemu pada sebuah tempat dan berkenalan dengan freak :
*halo,gue fansnya karya lo loh,boleh kenal? -__________-
Konyol memang, jika saya bisa terkagum atau bahkan tersentuh dengan kisahnya, entahkah ditinggalkan oleh kematian atau sekedar ketiadaan lalu merasa kosong untuk kemudian menganggap kesepian adalah seni, atau kesepian melahirkan seni.
Kesepian adalah seni yang paling indah.
Seni yang melahirkan seni.
Iya kah?
Mati karena kesepian telah pergi?
Konyol jika iya, dan lebih konyol lagi jika mulai merindukannya.
Idiot~!