Friday, May 20, 2011

Stagnansi

Bukan lelah, karena mata nya mulai redup memikirkan masa depan yang buram.
Buram karena masih banyak kabel kusut yang tidak juga tersambung. Akan pola pikir, atau cara hidup. Atau bahkan kestabilan dalam menempatkan diri sebagai yang kalah atau menang. Katakanlah, win-win solution tidak berlaku disini, karena kami hidup.

Bukan dongkol, karena perjalanan ini tidak mulus. Meski tidak sempurna, dan tidak penuh. Tapi inti dari pendewasaan itu memahami. Tidak untuk menjadi lembu, tapi menjadi singa sang raja hutan.

Pun tidak ingin berhenti berjalan,sebenarnya. Meski sesekali aku haus dan ingin beristirahat. Karena dia sama sekali tidak menyediakan air, hanya dingin. Yang masih bisa kucari dari perbekalanku sendiri.

Hanya stagnan, kawan. Ini penuh, ini banyak. Hanya tak tahu harus membagi pada siapa karena kaleng yang ingin kuisi terkadang sulit dibuka. Ini tumpah, yang akhirnya kubagi pada kaleng - kaleng lain. Aku mau kunci kaleng, atau kotak, atau apalah itu. Cemburu itu peluru, tapi dikemanakan pelurunya kalau ternyata sasaran itu tertutup semak rimbun? Yang salah, peluru itu jadi melenceng, mengenai sasaran lain yang terbuka.

Hei, apakah aku salah sasaran? Untuk merasa terisi lalu penuh lalu ingin berbagi tapi rupanya bukan itu yang seharusnya kubagi?
Aku tahu, pencarian ini sulit. Pernah penuh dan ada namanya berbagi - terbagi, tapi kotak ku tak cukup besar untuk itu. Pernah dicoba penuh tapi kotakku bocor. Ingin menyerah, tapi tidak! Itu konyol.

Lantas apa? Stagnan? Merasa bosan dengan kotak yang kepenuhan tapi tidak imbang. Karena sedihmu hanya ditelan sendiri, murammu tak pernah dibagi. Bagai dalam labirin yang ingin kuperjuangkan,...,tapi sendirian,dan itu sakit.


kau bagaikan angin di bawah sayapku
sendiri aku tak bisa seimbang, apa jadinya bila kau tak di sisi

[Padi - Tempat terakhir]

Cinta,aku butuh angin agar layar ini tetap terkembang. Anginku penuh, bahkan badai. Yang akan berubah haluan jika terlalu besar arahnya. Bangunlah.

Karena aku tak peduli berapa besar ombak atau karang di depan kita.
Kau tahu? Asal kamu pulang. Ya, asal kamu tetap ada disitu.
Maukah kau mendengarnya dan melakukannya untuk detik ini dan selanjutnya?
Sunday, May 15, 2011

Orang - orang sehabis hujan deras

Ada yang merengut di halte menunggu angkutan dgn harapan tidak terciprat mobil-mobil yang mengarus hilir mudik di kemacetan kota.
Ada yang duduk saja menunggu pujaan hati datang.
Ada yang girang bercanda mencipratkan genangan air pada teman.
Ada yang hanya acuh,tak peduli,mungkin sibuk?

Dan aku?
Aku hanya diam. Menjadi pengamat, sambil senyum dikulum berharap menjadi salah satu dari orang -orang itu. Bukan melihat tapi bergerak.

Hingga beberapa kawan datang.
Cukup dengan satu tepukan kepala :'sabar,ya ...' saja.
Dan mengajak aku untuk tersadar bahwa aku bisa.
Terimakasih.:)

Dan,...
kamu...ada apa ya?
Monday, May 9, 2011

Menuju Utara

Pernah terpikir bahwa apapun itu, selalu salah dan tak berarti.
Pernah berpikir bahwa apapun itu, selalu belum cukup dan ditambah lagi dan lagi.
Pernah berpikir untuk lelah.
Karena tidak semuanya bisa dipaksakan.
Karena perlu kolaborasi untuk bisa mengatur saatnya kalah dan menang.
Karena, itu btuh waktu latihan yang intensif, dan proses yang tak sekejap.

Tapi jangan pernah memintaku untuk melakukan perjanjian bodoh.
Seperti yang pernah dikabulkan seseorang dulu padaku.
Karena ego, atau mungkin hanya palsu. Ah entahlah.

Bukan itu yang kuharapkan. Karena kita takkan pernah tahu, siapa yang tahu jika kau lelah lalu aku yang bertahan. Atau sebaliknya, siapa yang tahu?

Bahwa rasa itu, tak bisa dipertaruhkan. Itu bodoh, cinta. :)

Tak perlu diucapkan. Karena yang terucap ialah janji.
Dan janji tidak tulus, karena ada kepentingan disana.
Cukup lakukan, dan tersenyum.
Bahwa perbedaan itu ada untuk dikolaborasikan, untuk membuat suatu harmoni.

Hei,
bukankah lebih baik capek daripada bosan?;p
Sunday, May 8, 2011

Kabar angin

eh,
dia sudah pulang.
hihi~ ;p

*selamat angka 3 :)
Thursday, May 5, 2011

Burung Gereja dan Gerimis

Mereka bermain.
Dengan hujan yang berisik.
Yang datang dan menghilang Seperti menari.

Terdengar deru guntur samar. Itu kah?
Tapi rupanya tak terlihat kilatnya.
Mereka terdiam. Menunggu datang. Yang ada namun tak kunjung tiba.

Lalu sunyi, senyap. Tak ada guntur, apalagi kilat.

Burung gereja pun tetap bermain. Dengan hujan yang berisik.
Dengan gerimis yang datang lalu menghilang. Seperti menari.

Bagai layang-layang, yang meliuk melawan angin.
 

Blog Template by BloggerCandy.com