Saturday, January 26, 2013

Orca


Ini gabungan perasaan, dari malu yang menggugu bercampur aduk dengan gelisah yang mengakar masuk menembus tulang.

Sebut saja, sesak. Akibat jantung yang berdetak kencang setiap kau berbisik lembut. Mengisi nadi hingga penuh. Lalu tumpah. Sesak, karena tidak mengizinkan sedikit pun ruang kosong disana. Sesak, karena penuh, karena tumpah-tumpah. Karena, terisi.

Sesak yang melemahkan. Yang melumpuhkan. Karena terkait dengan sedikit-sedikit ketakutan juga gelisah yang mengumpul pekat. Dan demi para kurcaci yang menari, aku luruh. Melebur dalam iramamu yang tak stabil. Menjadi tangga nada. Menjadi lagu-lagu. Menjadi secangkir ABC susu hingga lagu pelantun tidur. Kamu ada, dimana-mana. Begitu menakutkan. Ketakutan yang menenangkan.

Aku memang peragu, juga pengecut. Akan karakter yang harus kupunyai demi dunia itu. Aku yang berantakan, yang belum bisa bertanggungjawab sepenuhnya akan diri sendiri. Yang mengurus anak kucing saja belum bisa apalagi balita. Kenapa... Kenapa, aku?

Aku juga ingin kamu. Sesama alien yang dititipkan turun ke Bumi untuk menyelamatkan dunia. Kamu yang juga memelihara banyak orang di kepala. Yang mampu memahami bahasa-bahasa alam, pun mengerti elemen-elemen semesta.

Tetapi, bisa kah aku. Bisa kah?

#semut itu buta, lalu mengapa tega mengacaukan jalan mereka?

Sunday, January 13, 2013

Bola Salju


Menikah & berkeluarga. Dua kata yang mengerikan bagi saya akhir-akhir ini. Saat dimana kehilangan kepercayaan diri untuk melangkah ke arah sana bahkan untuk menetapkan pasangan hidup. Ya, saya mulai menyerah.

Banyak yang datang & pergi. Setelah yang lalu-lalu itu telah lama terlewati. Setelah hati yang kebas bisa merasa lagi. Setelah, perjalanan panjang keliling negeri. Dengan momen pertemuan dengan banyak orang dan karakteristik yang berbeda-beda, pemikiran saya mulai terdistraksi untuk berkata: "Masih perlukah saya menikah?"

Banyak orang sok tahu, orang yang menjustifikasi dengan sebelah mata, orang yang kebelet ingin tahu lalu memberi saran gak penting, orang-orang yang hanya kenal selewat tapi sudah merasa bijak. Atau mungkin..., orang-orang yang iri hatinya? :))

Karena, saya tidak menginginkan apa-apa. Saya hanya butuh pundak untuk sesekali bersandar, lalu membiarkan saya berlari lagi. Karena itu, mungkin siapa saja boleh. Siapa saja boleh. Siapa saja yang tidak makin membuat saya lelah atau merasa lelah dengan saya yang terus berlari. Siapa saja boleh..

Siapa saja boleh.

"Duh, urang kok makin gak pengen menikah yak?" |
"Setuju Vid, urang jg merasa gak usah nikah!" |
"Curang. Sudah pernah kan jadi bisa santai ngomong gitu?"
*berlanjut pada adegan injak kaki

Ibu.. Aku ingin menghilang. Lalu muncul lagi tanpa harus menjadi siapa-siapa.

Tuesday, January 8, 2013

Opera Sabun


Saya memiliki dunia sendiri, yang selalu ramai.
Berisi orang-orang yang ribut berdiskusi, berargumen, berasumsi ini dan itu.
Mereka hidup, naik dan turun.
Bahkan saat saya tidur. Mereka mendominasi mimpi-mimpi menjadi loncatan partikel yang melaju cepat.
Mereka, membuat saya berpikir di alam bawah sadar.

Terkadang saya menepuk pundak mereka satu per-satu.
Berkata jangan berpikir berlebihan.
Yang dijawab dengan anggukan juga oh panjang namun kemudian berisik lagi.
Memunculkan asumsi juga emosi yang meluap tumpah seperti sebuah gelombang sinusoidal.

Dunia saya ramai. Kepala saya ramai.
Terlalu ramai jika juga harus diisi oleh kamu.
Kamu dengan orang-orang dalam kepala yang dipelihara hingga sama ramainya.
Memenuhi udara, membuat sesak.

#Hari ke-30 terasing dalam kotak besi berukuran 56x12 meter.

#Mahakam, dalam perasaan kecewa karena membuat malu diri sendiri.

 

Blog Template by BloggerCandy.com