Ini gabungan perasaan, dari malu yang menggugu bercampur aduk dengan gelisah yang mengakar masuk menembus tulang.
Sebut saja, sesak. Akibat jantung yang berdetak kencang setiap kau berbisik lembut. Mengisi nadi hingga penuh. Lalu tumpah. Sesak, karena tidak mengizinkan sedikit pun ruang kosong disana. Sesak, karena penuh, karena tumpah-tumpah. Karena, terisi.
Sesak yang melemahkan. Yang melumpuhkan. Karena terkait dengan sedikit-sedikit ketakutan juga gelisah yang mengumpul pekat. Dan demi para kurcaci yang menari, aku luruh. Melebur dalam iramamu yang tak stabil. Menjadi tangga nada. Menjadi lagu-lagu. Menjadi secangkir ABC susu hingga lagu pelantun tidur. Kamu ada, dimana-mana. Begitu menakutkan. Ketakutan yang menenangkan.
Aku memang peragu, juga pengecut. Akan karakter yang harus kupunyai demi dunia itu. Aku yang berantakan, yang belum bisa bertanggungjawab sepenuhnya akan diri sendiri. Yang mengurus anak kucing saja belum bisa apalagi balita. Kenapa... Kenapa, aku?
Aku juga ingin kamu. Sesama alien yang dititipkan turun ke Bumi untuk menyelamatkan dunia. Kamu yang juga memelihara banyak orang di kepala. Yang mampu memahami bahasa-bahasa alam, pun mengerti elemen-elemen semesta.
Tetapi, bisa kah aku. Bisa kah?
#semut itu buta, lalu mengapa tega mengacaukan jalan mereka?