Wednesday, April 24, 2013

Gift


LOVE, MISS, & ALWAYS

Tuesday, April 23, 2013

Labil


Cinta.. Hari ini aku menangis.

Entah yang ke berapa. Berlebihan.
Sedang sangat cengeng.
Mungkin karena tidak ada sinyal berminggu-minggu.
Manja-ku sedang kumat.

Gabungan rasa kangen dengan manusia di luar sana.
Ingin pulang ke rumah, merasa seharusnya ada di Bandung.
Sedang merasa capek kerja dan culun-culun lainnya.

Tapi sudah.
Setelah semua emosi keluar, kelelahan dan tidur.
Aku lupa dengan semuanya.
Untuk kembali bersemangat.
Untuk kembali berbahagia.

Karena bisa membahagiakan orang-orang yang disayangi dnegan cara ini.
Meski tidak ada saat dibutuhkan.
Meski harus hidup terasing.

Cinta, jangan pernah lelah dan menyerah.
Walaupun aku lemah, culun, dan tak memiliki bakat apapun.
Akupun tak mengerti, mengapa kau bisa kesengsem denganku yang minim kelebihan.
Yang kutahu, aku bahagia bersamamu.
Dan tak ingin kamu pergi kemana-mana.

Amin.

Layar


Di musim yang berangin ini aku sedang banyak bertanya.
Bertanya pada dasar lautan hijau yang keras dan berundak-undak.
Bertanya pada pesona langit yang melulu berubah setiap waktu.
Bertanya pada kubah Bumi paling besar yang pernah kutemui.

Aku bertanya, pada burung layang-layang yang tinggi mengangkasa.
Untuk apa, bila meski sudah memiliki sayap pun.. aku tetap tak bisa terbang tinggi?

Aku bertanya, pada bintang yang bertabur hingga satuan ribu di pekatnya malam.
Untuk apa, bila bintang yang paling bersinar terang pun, yang atuh cepat mengejutkan mata pun, tetap tidak bisa mengabulkan permintaan karena berjarak jutaan tahun cahaya dalam semesta?

Aku bertanya, pada bianglala raksasa yang membias ganda di kala deru gerimis yang kencang.
Warnanya sempurna, bahwa memang berjumlah tujuh.
Ah.. untuk apa, jika ternyata tiada emas di ujung-ujungnya?

Mematahkan impian-impian kecil yang berlari lelah menggapai tempat tinggi.
Mengaburkan semangat di pemimpi bodoh yang ingin berkarya menggemakan dunia.
Untuk apa?..

Namun, di waktu setengah empat pagi ini,
Di waktu aku sedang menuliskan bait putus asa dengan posisi menghadap jendela popeye yang tak pernah berdusta.
Sebulat penuh kuning purnama yang menggantung rendah menari dalam riak kabut fajar.
Sembari bersiap untuk tenggelam, seakan menertawakan aku yang lemah jiwanya.. hatinya.. pribadinya.

Nikmat Tuhan mana lagi yang kian kau dustakan?
Subhanallah..



***
Ditulis pada hari ke-15 mengarungi penghujung timur Indonesia.
Oleh aku yang sedang kecewa.
Kecewa pada diriku sendiri.
Yang lagi-lagi merasa ingin menghilang, untuk kembali tanpa harus menjadi siapa-siapa.

Ayah,...
Aku ingin pulang.


P.S.:
Hai bulan, terimakasih untuk cara yang entah ke sekian kalinya, kembali menguatkan.
Maaf mengecewakanmu.


 What doesn't kill you makes you stronger
Stand a little taller
Doesn't mean I'm lonely when I'm alone
What doesn't kill you makes a fighter
Footsteps even lighter
Doesn't mean I'm over 'cause you're gone  

[Kelly Clarkson: What Doesn't Kill You]

Sunday, April 21, 2013

Firefly


Kau tahu,

di lautan pun aku bisa menemukan jutaan kunang-kunang.
Berkejaran, berkelap-kelip.

Mereka lah bintang,
yang bercahaya dalam kubah temaram.

Membuat rindu,
akan imajinasi kita kala terakhir menatap langit.
Yang berpendar memesona.
Sungguhan rindu.

Saturday, April 20, 2013

Kotak Besi


Pagi ini jenuh mulai melandaku.

Keterasingan dalam kotak besi ini mulai membuatku jenuh akan kepenatan di kota. Aku lagi mulai berhalusinasi, dalam paralel mimpi yang meloncat-loncat. Aku lagi terbangun dengan tersentak. Suara-suara semu itu, kilasan-kilasan imajiner,alam bawah sadaryang mulai berseru kembali untuk memberontak.

Kau tahu, aku sangat merindukan rumah.
Rumah-rumah, yang dahulu aku kumpulkan satu-persatu, sebagai tempat aku menimbun bahagia.

Rumah yang ini, entah mengapa sedang terasa dingin bagiku.

Bagiku, pagi tak lagi sama jika tak gosok gigi.
Sama ganjilnya jika tidak mengucap selamat pagi dengan secangkir kopi.
Yang menyesakkan, ketika tidak ada individu yang bisa disapa kala itu, untuk sekedar berbagi senyuman.

Langit



Kakong, bagi Caca ialah langit.
Begitu luas, penuh misteri, tapi ada dimana-mana.
Yang setiap kali Caca menyapa, membuka mata di pagi hari, atau mengantar nya sebelum tidur.
Langit selalu berbeda-beda, selalu memberikan kejutan-kejutan listrik, selalu indah.
Selalu memberikan sensasi tersendiri, yang semakin lama semakin memukau.
Semakin terasa megah. Bahwa setiap Caca melihat langit, Caca merasa tenang, merasa aman.
Karena langit tidak pernah meninggalkan Caca, langit selalu melindungi Caca.
Langit, ialah tempat Caca.. pulang.

Seperti Kakong..
Seperti rumah.. Hehe.

PS: I love you
Chaca

Sunday, April 7, 2013

Finding North


Just want you to know.
Where ever i am.
In whatever I stand, water or ground
My love always stand to you
My love always grow
Just to you...

Talked with every warmness i can give
Touch with every careness i can be
And missing you
Remembering you
With every memories i had with
With every hope i hope with...

Love, miss , and always.
Three word
Just for you

Hope love and happines will fills
In your days .....
And be a happy person
In your ways ...
And be successful
In your paces ...
And be lovable
In your live

All prayer and wishes....
All feels of missing you....
Be the strength and hope
To keep you by myside.

Wait and dont let go
Cause i won't stop...
I try and i can't stop...
Loving you...

*K



♪ Cause I live by the river,
live by the river and
I'll die by the river
I'm sailing, away, today.

And you've got to grab
the bull by the horns my friend
it's the only way to go.

And when the story's told
we can go home ♪

[Travis: Sailing Away]

Wednesday, April 3, 2013

Turbulensi


Percakapan ini terjadi pada sebuah ruangan hampa udara. Saat detik melambat, detak jantung melemah, hingga kata per-kata mampu saya ingat lalu meresap di nadi hingga masuk ke dalam ubun-ubun, membuat kekurangan oksigen.

"Chaca..kenapa banyak orang bilang tomboi ya? Padahal mah ayu da, gak ada tomboi-tomboi nya. Kalau sok tomboi iya, sok kuat iya, sok tegar iya."

Hingga telunjuk itu menyentuh kening saya perlahan, dengan tatapan aneh yang sama dengan pertama kali bertemu namun berbeda makna. Sama memukaunya.

"Mereka, gak bisa liat apa yang ada di dalam sini. Mereka hanya tertipu, dengan sikap yang ingin diperlihatkan pada dunia. Kuat karena kondisi, tangguh karena keadaan. Chaca itu lemah, dan boleh lemah. Di depan saya."

Lalu saya menangis. Sungguhan menangis. Mengerjap-ngerjap meraih pegangan yang disodorkan sejak lama. Seolah menemukan kembali perlindungan yang sudah tiada. Perlindungan paling canggih sesemesta, yang bisa menghasilkan sikap alami untuk berbalik melindungi.

Kemudian, nama saya menjadi Ayu. Hanya ketika di depan dia.

 

Blog Template by BloggerCandy.com