Friday, November 19, 2010

(Mengaku) saudara?

Maka katakanlah, bukankah kita (mengaku) saudara ??

Sebut saya masih belum cukup dewasa dlm menghadapi masalah. Atau sebut saja saya masih punya ego yg tidak bisa dikendurkan dalam batasan tertentu. Silahkan!

Tapi jangan menyudutkan atau membuat saya bersalah di belakang saya tanpa kamu pernah sedikit pun mengatakannya pada saya. Karena yang akan terjadi ialah saya akan membenci kamu atau saya akan membenci diri saya sendiri krn bisa tidak peka dan menyakiti kamu.

Saya gak perlu semua terimakasih manismu, gak perlu semua pelukanmu yang berkata 'gue gak tau lagi kalo gak ada lo'. Atau lirikan matamu yang menguatkan mu dalam setiap malam panjang itu, meyakinkanmu bahwa langkah2mu sudah benar, teruskanlah, saya akan selalu ada di samping kamu.

Saya cuma perlu kamu cerita pada saya, seperti bertahun2 yg lalu. Ketika kita menangis sama2 hanya karena merasa memahami satu sama lain. Ketika kamu mengoreksi saya di kala salah, bahwa beginilah yang baik menurut kamu. Saya hanya perlu itu kali ini, untuk memahami kamu lagi. Tidak dengan semua yg manis2 itu.

Maafkan jika semua pengabdian yang saya lakukan ternyata tak sepaham denganmu. Bahwa semua saran2 dari saya kau anggap karena saya dipedulikan sementara kau tidak. Bahwa semua koreksi yang saya lakukan ialah bentuk cibiran2 di belakangmu.

Karena saya pun pribadi yang memiliki pemikiran sendiri. Darinya tentangmu, darimu tentangnya, dari saya tentang kamu, atau dari kamu tentang saya. Bahwa seharusnya begini, tapi rupanya tidak kau jalani padahal harus. Dan di saat batas kesabaran minimum saya muncul, maka maafkanlah jika saya mencibirmu, tak mendengarmu, menganggap kau salah, dan lain sebagainya. Yang langsung hilang ketika kau memelukku, namun rupanya kau tidak. Rupanya diam-diam saya menjadi backstabber bagimu.

Lantas,apa yang harus saya lakukan?
Bisa bertanya pada siapa saya? Siapa yang kini memahamimu?
Yang bisa membuatmu sadar bahwa saya tidak memihak siapapun, saya begini krn saya sayang kalian semua, sayang pada adik-adik kita, agar semua ini lancar dan berhasil.

Tapi kenapa kamu memakai topeng bahkan pada saya?
Sudah begitu jauh kah hubungan kita? Sungguh, saya takut untuk memulai lagi. Karena sudah banyak yang tak saya pahami tentangmu, begitu pula dgnmu bukan?

Tapi kini saya akan mencoba melangkah, untuk meminta maaf pada kamu. Untuk terbuka pd kamu.
Maukah kamu pun begitu?
Katakanlah, saudaraku. Saya masih mau mendengar ceritamu seperti dulu. Jika kamu menginginkannya. :)

3 komentar:

diandaluna said...

waaah, ternyata mbak tengil ini lebih galau lagi dari saya, ahha.. numpang ngelink yaa

ratri a.k.a mami said...

ngil sepertinya kita perlu bicara

ada miskom di sini

~_~
@_@
lalalallaa gw sedih sekali
lalalalalala

Anjani Dewidaru said...

@dian: enak ajaaa!

@mamisayang: kan sudah kita tuntaskan :)

 

Blog Template by BloggerCandy.com