Friday, November 25, 2011

Wanderlust


Dialah pengembara, yang senang mengarungi dunia.

Tak patah walau sendiri. Tak lelah walau menanti. Karena dia pengembara.

Sesekali dia menenggak lautan. Menyamar bersama rerumputan.
Berlepot lumpur. Atau melonjak di puncak-puncak pegunungan.
Di atas dan di bawah. Itu hidup. Si pengembara mengerti.
Bahwa pengalaman yang membuatnya semakin.. berpengalaman.

Pernah dia singgah. Untuk membuat beberapa lembar kertas.
Tapi tintanya selalu habis, atau kehabisan tinta.
Sebagaimana layaknya pengembara. Tak pernah ada yang cukup.
Tak dicukupi, atau mungkin mencukupi.
Tinta selalu mengalir kemana air melaju.
Jauh, jauh, tak ada yang berani mengejar hingga samudera.
Oh itu sungai. Atau hanya muara. Atau cukup berkubang bersama kerbau petani.

Maka ia bakar semua buku yang menumpuk. Juga kertas yang berserak.
Cukup sebuah kamera. Yang merekam kehidupan manusia. Alam semesta.
Yang ia cetak dan ditempel disana dan disini.
Untuk sewaktu-waktu dalam pelayarannya, dia lihat dan resapi.
Mengenang semua momen dalam kilasan waktu.
Dan kembali pergi, mengelilingi dunia.

Karena, dia tahu. Dan dia pahami benar.
Seorang pengembara tidak pernah. Tidak akan pernah. Memiliki rumah untuk pulang.
Karena pulang hanya akan membuatnya berhenti bermimpi.

AKU TIDAK AKAN MUDAH KALAH,
TIDAK AKAN KALAH,
DAN TIDAK PERNAH MERASA KALAH!


♪ Well I crash in my mind
Whenever you are near
Getting deaf, dumb and blind 
Just drowning in despair

I am lost in your flame
It's burning like the sun
And I call out your name
The moment you are gone

The moment you are gone  

[Saybia: The Day After Tomorrow]

0 komentar:

 

Blog Template by BloggerCandy.com