Wednesday, March 27, 2013

Karena Tuhan Mentakdirkan Begitu


Namanya Teh Reni. Teh Reni yang fenomenal, baik dgn sikap positif juga negatifnya. Teh Reni yang banyak orang benci, banyak orang perbincangkan, tapi tetap saya saluti. Karena satu hal besar.

Sore itu Teh Reni menyempatkan berbincang dengan saya di kala hujan, menunda pulang pada Matahari dan Bintang. Katanya, telah menemukan sesuatu dan merasa harus mentransfer ilmu sesegeranya. I've been there, and i know how it feels.

Orang-orang seperti ini, yang bertanya langsung akan angin usil yang berbisik, jauh lebih tinggi nilainya daripada para multi-wujud yang menunduk tapi berbisa di lain episode. Jadi masa bodoh dengan nasihat lain untuk tidak menceritakan apa-apa padanya, saya berkhianat. Karena saya memiliki alasan sendiri untuk bersikap berbeda, karena Teh Reni sosok besar yang berani.

Ia bertanya mengenai suatu hubungan yang nampak saling distraktif dari luar. Image yang saling meruntuhkan. Saling membangun dalam satu tim namun saling membinasakan apabila menjadi couple.
"You are a smart person, gw tau lo orang yang sudah mengkalkulasi semuanya sebelum memulai suatu hubungan. Sekarang tatap mata gw, are you happy?"

Saya melihat langit, menghembuskan nafas panjang. Lalu memberanikan diri menatap Ibu kedua anak itu, yang salah satunya dibesarkan dengan penuh keberanian dan keteguhan hati.
"Teh, saya bahagia. Dan saling membahagiakan. Selama masih bisa dihadapi, mengapa harus dipertanyakan Teh? Saya tau, ke depan akan menemukan berat-berat yang banyak, tapi saya masih bisa. Kita masih bisa."

Ia tertawa, sedih.
"Ah, you have the strength that i didn't.  I envy you. Dulu gw pengecut. Dan memilih hal yang terlihat lurus daripada yang bambi-bambi. Tapi apakah worth it?"

"Sejauh ini, iya. Teteh sendiri yang menilai, bahwa mereka sama-sama langit, kan?"

Membawa kebaikan dan memperkaya hati, apalagi yang salah? Tuhan selalu memiliki rencana sendiri, dalam mengabulkan doa penuh harap yang terucap. Mungkin ini jawabannya, Tuhan ingin saya kuat dengan diberi sosok kontroversial untuk saya dampingi. Untuk saya merasa jatuh cinta setiap waktu, setiap bertemu, setiap habis perang dingin, pun sehabis membuka mata.

Andai Teteh tau, siapa sebenarnya yang lebih pengecut.


♪ But if you sing, sing, sing, sing sing, sing
For the love you bring won't mean a thing
Unless you sing, sing, sing, sing, sing, sing ♪

[Travis: Sing]



Friday, March 15, 2013

Undak


Cinta.. hari ini langit turun berlapis-lapis.
Mereka berundak-undak penuh, saling tumpang tindih berintegrasi.

Memadu indah.


Persis seperti apa yang kurasakan kepadamu.
Rumit, tapi indah. Begitu indah.
Terimakasih. :)
Tuesday, March 12, 2013

Tj. Perak


Hai.
Kini aku sedang berada di tepian Surabaya.

Disambut lengkungan pagi bersisian dengan patung komandan marinir di ujung teluknya.
Kota yang dahulu memberi rasa geli saat tersebut, karena selain kota kelahiran Ayah, pernah juga membuatku menyangka akan menjadi tempat pulang yang lain.


Namun, kini hanya ada rasa memburu, untuk menghubungimu.
Bahkan bertemu.
Hanya kamu, kamu, dan kamu.
Monday, March 4, 2013

Batu


Terkadang, saya masih merasa menyesal lalu berandai. Jika saja di kala itu, saat waktu mengizinkan saya menatap sepasang mata lelah juga menyerah, saya tidak bersikap tegar dan menguat-nguatkan diri lantas membisikkan kata-kata ikhlas membiarkannya pergi..

Tidak bersikap seolah siap menggantikan posisi dalam hal menjaga, dalam hal jadi yang paling dewasa, dalam hal paling bisa diandalkan..tapi bersikap sebaliknya, ialah menangis meraung memintanya berjuang sekali lagi. Hingga esok nanti, hingga bertahun lagi, hingga selamanya..

Akankah dia masih ada saat ini? Menanyakan kabar kangen di saat saya jauh, menggoda hangat saat saya berada di sisi nya, akankah.. keadaan tidak menjadi sama?
Karena, saya.. masih merasa, dia tetap ada. Bahwa seharusnya masih ada. Menggendong saya ketika sakit, pun bermain kuda atau dansa injak kaki. Masih ada.

 

Blog Template by BloggerCandy.com