Wednesday, April 3, 2013

Turbulensi


Percakapan ini terjadi pada sebuah ruangan hampa udara. Saat detik melambat, detak jantung melemah, hingga kata per-kata mampu saya ingat lalu meresap di nadi hingga masuk ke dalam ubun-ubun, membuat kekurangan oksigen.

"Chaca..kenapa banyak orang bilang tomboi ya? Padahal mah ayu da, gak ada tomboi-tomboi nya. Kalau sok tomboi iya, sok kuat iya, sok tegar iya."

Hingga telunjuk itu menyentuh kening saya perlahan, dengan tatapan aneh yang sama dengan pertama kali bertemu namun berbeda makna. Sama memukaunya.

"Mereka, gak bisa liat apa yang ada di dalam sini. Mereka hanya tertipu, dengan sikap yang ingin diperlihatkan pada dunia. Kuat karena kondisi, tangguh karena keadaan. Chaca itu lemah, dan boleh lemah. Di depan saya."

Lalu saya menangis. Sungguhan menangis. Mengerjap-ngerjap meraih pegangan yang disodorkan sejak lama. Seolah menemukan kembali perlindungan yang sudah tiada. Perlindungan paling canggih sesemesta, yang bisa menghasilkan sikap alami untuk berbalik melindungi.

Kemudian, nama saya menjadi Ayu. Hanya ketika di depan dia.

3 komentar:

sahamku.id said...

Setau saya, kata "namun" itu adanya setelah titik ".". Kalau dalam kalimat seharusnya memakai "tetapi". Jadinya "...pertama kali bertemu, tetapi berbeda makna..."

*Ngerusak flow*

Apa kabar, Bu?

Anjani Dewidaru said...

Gak jelas banget sih km Fauzan! Ambil posisi! --"

Kabar baik alhamdulillah, gimana batalyon kita?

A said...

bagusssss :3

 

Blog Template by BloggerCandy.com