Bagiku, pulang kini cenderung lebih sederhana,
sesederhana bahagia.
Semalam dia datang, menengokku yang berhari terakhir sedang sakit-sakitan, yang digabung penyakit malarindu menjadi manja luar biasa. Dengan setelan santai yang dia senangi dan tanpa membawa perlengkapan apa-apa. Dia hadir, lebih memesona dari gambar-gambar yang rutin dia kirimkan sepanjang hari. Lebih wangi dari aroma yang teringat. Dengan kumis dan jambang yang sengaja dicukur sebelum bertemu dengan alasan karena aku suka, he looks so adorable.
Aku memang tak banyak membicarakan dia kini, meski dulu iya. Mungkin karena aku akan malas menanggapi daun-daun yang berbisik menggurui. Atau sekedar rasa ingin tahu untuk memuaskan mereka. Atau mungkin, aku hanya tidak ingin membagi tentang dia pada siapa-siapa. Aku hanya ingin dunia cukup bungkam tentang kehidupanku yang semakin terasing dengan dunia luar.
Orang bilang, ingatan itu menipu. Sehingga ketika ada orang asing yang bertanya, aku malas mengingat-ngingat siapa dia, pribadi seperti apa, informasi mana yang perlu aku pilah dan cukup mereka ketahui saja atau boleh mereka sebarkan pada yang lain melebihi kecepatan suara. Memang ada gunanya, aku mendeklarasikan tentangku sesuai perkembangan terbaru? Ah, paling kalian hanya berkata "Bentar lagi juga ganti ya?" atau "Wah mana lagi yang jadi korban?" dan pertanyaan basa-basi lainnya untuk menambah justifikasi seenak pikiran kalian. Jadi, saya merasa tidak memiliki urgensi untuk bercerita pada siapapun, terkecuali bagi mereka yang benar peduli. Toh, dewasa ini, sulit membedakan mana yang benar peduli atau hanya ingin tahu. Kepercayaan itu semu rupanya, memang rukun mengenai itu hanya boleh ada lima, dan tidak diperkenankan lebih.
Dan pagi ini keberisikan itu datang lagi. Meski tanpa makian, tanpa ancaman, tanpa kata-kata yang meresahkan hati. Wanita ini... ah aku bingung bagaimana menjelaskannya. Karena tidak terdefinisi. Wanita ini tidak terdefinisi. Lah, apa yang bisa ku paparkan, dari seorang yang sekali waktu manis, bertutur kata baik, mendoakan yang indah-indah, tapi di lain waktu bisa menyebut kau apa saja, kau dalam dunianya menjadi peran yang paling jahat sedunia, lalu berkata akan membunuh Ibuku bila tetap bersama dia? Wanita ini tak terdefinisi, itu sudah.
Lalu, Bumi bagiku kini rumit. Penuh warna abstrak. Penuh ornamen tak berbentuk yang dibayangi selaput lengket yang kusut. Aku tak bisa kemana-mana, Aku seperti, bergerilya memerangi sesuatu yang tak kunjung juga terlihat solusinya. Aku bahkan mulai merasa sedikit gila. Untuk maju, terduduk, minum, berlari, jatuh, minum, terduduk, menangis, bangun, merangkak, berguling, terbaring, minum, berdiri, lalu berputar hingga pusing. Kemudian kelaparan.
Mungkin, kenyamanan dahsyat itu, yang membuatku lemah.
0 komentar:
Post a Comment