Di zaman kekinian ini, mencari rumah yang cukup dekat dari pusat kota tetapi sesuai dengan saku itu sangat.. SUSAH. Bandung rupanya telah begitu padat dan menyisakan lahan bermukim yang minim dan seadanya. Sebut saja, sebuah rumah bertipe 36 yang berlokasi sekitar 1 km dari perbatasan kabupaten Bandung Barat, bisa melambung hingga angka 300-juta(an) dengan cicilan selama 15 tahun. Ampun kk, apalagi fasilitas di sekitarnya masih jauh dari layak. Minimarket, mesin tarik tunai, dan util-util sebagainya masih sulit dijumpai dari tempat hunian.
Banyak yang bertanya kepada saya, kenapa?
Yang hanya saya jawab pongah bahwa tersebut keinginan mencari suasana baru, ingin menjauhkan kenangan yang menari, dan lain-lainnya. Meski dalam hati, saya tersenyum sinis, bahwa ini lah yang saya mampu berikan. Sebuah mungil di pinggiran tebing Sariwangi. Masih hanya bisa dijangkau dengan ojek, halaman depan masih asri dihiasi nuansa jangkrik dan kunang-kunang. Juga masih seadanya tanpa dihiasi pernak-pernik yang harganya juga melejit. Atuhlah, jadi pelaut juga penghasilannya masih pasang-surut. Hauhauhau~ *garuk tembok
Anyway, saya yakin dua-tiga tahun ke depan lokasi ini akan ramai. Terbayang nyata di imajinasi, seiring dengan pertumbuhan rumah-rumah lainnya yang kini masih berupa fondasi. Akan memadat dengan fasilitasnya yang lengkap. Amin.
Yah, semoga. Target-target ini akan tercapai sebelum saya menginjak usia perak.. yang kata orang pamali jika belum berkeluarga. Hish.
Menikah.
Masih tabu.
Masih malu-malu bahkan jika hanya dibisikkan di telepon.
♪ Dodoli-dodolipret.. sepatu baru
Widya kaya' kampret, kentutnya bau..
Makan ayam Mbok Berek.. dan daging lembu
Widya hidungnya pesek, pipinya kembu~ ♪
[Lies K: Dodolipret]
0 komentar:
Post a Comment