Beberapa di antara mereka menatapku lama, lalu menebak instan dengan tepat.
Ah, iyakah wajahku semirip itu?
Saat ini aku sedang berada dalam sebuah pernikahan megah kaum borjuis. Demi silaturahmi, rela bangun pagi dan rela pula untuk mondar-mandir berjam lamanya menggunakan pakaian adat bersunting yang membuat kepala sedikit nyeri dan gatal. Tuhan, semoga meski jodohku orang Minang, aku tak mesti menggunakan pakaian mengerikan semacam ini. Please?
Nuansa pelaminan itu merah dan emas. Dengan lampu temaram romantis menghiasi seisi ruangan. Bunga warna-warni, dekorasi cantik, yang beberapa orang penting berkawal aparat berseragam duduk secara ekslusif di kursi vip. Kaum borjuis melenggang dimana-mana menyesakkan ruangan, saling pamer pakaian pesta nan wangi. Cih.
Sebenarnya aku benci berada di tempat ini, berada di antara mereka membuatku alergi. Karena banyak pihak yang mencari muka. Kerabat yang terhitung bersilsilah jauh, entah itu saudara-saudara dari sepupunya sepupu paman nya siapa.. malah terlihat lebih sibuk dan lebih berisik dari keluarga inti. Memeluk dan menyapa setiap orang, ingin terlihat dikenali oleh seluruh tamu, cih (lagi). Apa ada yang salah dengan dunia ini?
Pffft. Andai, orang-orang ini kelak berguna untukku. Orang-orang yang menyapa basa-basi karena ada hubungan darah. Bukan hanya sekedar terpaksa demi menyambung silaturahmi.