Mungkin sakit jiwaku kambuh lagi. Ya sepertinya begitu.
Pagi buta ini aku sedang berada pinggir lautan Jawa yg anginnya mulai meninggi, sembari mengamati para pria yang sedang seru membetulkan stopper yang hampir kandas akibat diterjang ganasnya ombak Laut China Selatan lalu. Disertai perasaan was2 akibat resiko jatuh ke laut, sedikit2 menatap tombol man-over-board, bersiaga jika perlu ditekan. Haha.
Di tengah kesibukan itu, masih sempat aku mengerling pada sabit jingga yang menggantung rendah. Dan sempat-sempat mengibaratkannya dengan senyumanmu. Indah, sayang. Gila.
Ah, aku rindu. Melebihi jutaan bintang yang berserak, melebihi 400 x 5 koma sekian beam yang berlomba menghantam seabed per detik. Rinduku, lebih canggih daripada EM 710.. Literally.
Pagi buta ini aku sedang berada pinggir lautan Jawa yg anginnya mulai meninggi, sembari mengamati para pria yang sedang seru membetulkan stopper yang hampir kandas akibat diterjang ganasnya ombak Laut China Selatan lalu. Disertai perasaan was2 akibat resiko jatuh ke laut, sedikit2 menatap tombol man-over-board, bersiaga jika perlu ditekan. Haha.
Di tengah kesibukan itu, masih sempat aku mengerling pada sabit jingga yang menggantung rendah. Dan sempat-sempat mengibaratkannya dengan senyumanmu. Indah, sayang. Gila.
Ah, aku rindu. Melebihi jutaan bintang yang berserak, melebihi 400 x 5 koma sekian beam yang berlomba menghantam seabed per detik. Rinduku, lebih canggih daripada EM 710.. Literally.
0 komentar:
Post a Comment