Di tengah kesibukan memainkan puzzle imej dasar laut perairan Nusa Kambangan, bertemankan sepi dan gelisah berkepanjangan. Sebuah cerita mengajakku melambungkan ingatan sejenak ke masa lalu. Ke masa-masa paling nyaman di seluruh dunia, di Bandung yang selalu sedang tersenyum.. dahulu.
Ayahku tidak pernah menangis, di depanku.. mungkin. Selain saat itu. Ketika Ayah mulai papa dan kuberikan setangkai bunga guna hadiah ulangtahun Ibu, beliau menangis. Meracau. Bagiku, yang tidak pernah merasakan ada nuansa sendu semi romantis di rumah, hanya membisu.
Hingga pada suatu malam, kala layar Solitron kecil kami menayangkan sebuah cerita, Ayahku sedang duduk sendirian menyimak suatu momen, yang diam-diam tersedu. Ntah terharu, ntah apa. Dan aku hanya gagap dari kejauhan, teriris dan berpura tiada yang terjadi. Hanya bertekad dalam hati, suatu saat akan membawa terbang bersama burung besi ke kampung yang sudah lama dikunjungi.
Yang hanya bualan kosong, karena tidak akan pernah terjadi.
Aku rindu.
Ayahku tidak pernah menangis, di depanku.. mungkin. Selain saat itu. Ketika Ayah mulai papa dan kuberikan setangkai bunga guna hadiah ulangtahun Ibu, beliau menangis. Meracau. Bagiku, yang tidak pernah merasakan ada nuansa sendu semi romantis di rumah, hanya membisu.
Hingga pada suatu malam, kala layar Solitron kecil kami menayangkan sebuah cerita, Ayahku sedang duduk sendirian menyimak suatu momen, yang diam-diam tersedu. Ntah terharu, ntah apa. Dan aku hanya gagap dari kejauhan, teriris dan berpura tiada yang terjadi. Hanya bertekad dalam hati, suatu saat akan membawa terbang bersama burung besi ke kampung yang sudah lama dikunjungi.
Yang hanya bualan kosong, karena tidak akan pernah terjadi.
Aku rindu.
"Bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu."
[Andrea Hirata: Sang Pemimpi]
0 komentar:
Post a Comment