Tuesday, August 2, 2011

Teras untuk Tamu


Kamu pernah bilang, akhirnya, bahwa kamu terusik.
Dengan teras rumahku yang sempit namun ramai.
berkali kau datang, utk bersantai menikmati hari atau menyesap satu-dua kopi panas bersamaku.
Aku tahu, kamu tidak bodoh utk tak menyadari kalau kau selalu tak sendiri.

Kau temukan, ada saja,
entah kah yang hilir mudik mengantar kudapan.
Atau bermain enggrang di kebun, bahkan membaca buku di balik pepeohonan sembari mengamatimu dalam diam.

Aku masih ingat.
Pertemuan kita selalu sama, tak terencana.
Aku selalu bertemu denganmu di sudut jalan itu, dalam kondisi apapun.
Kadang kau temukan aku bersepeda, atau bermain roller-blade, berlari-lari kecil.
Tersedu atau tersedak, kecil maupun besar.
Kita selalu bertemu di tempat yang sama, sendirian.

Untuk dilanjut dgn bercengkrama di teras rumahku, yang selalu kau temukan ramai.
Yang selalu kau candakan 'kenapa aku selalu menemukanmu sendirian?',
yang kujawab cepat dengan hirupan kopi panas dan kunyahan pisang goreng.
Lalu kau hanya tersenyum.

Kau selalu komentari tamu-tamuku dgn tatapan yang kukenal benar.
Kau tertawa, mendengar, memahami.
Dan, kapan sesungguhnya kau mulai terusik?

Kau mulai tak ada, tak kutemukan kamu, entah di jalan yang sama atau rumahmu berada.
Kau bilang, kau jengah dengan semua kegaduhan itu. Kau ingin satu, tanpa pembanding.
Yang hanya kujawab dengan lenguhan panjang 'kamu tahu apa?'
Lalu diam, dan jeda panjang yang kita sama-sama tahu untuk apa.

Kini,
terasku masih ramai. Dan masih sama.
Hingga detik itu kutemukan kembali kamu disitu entah apa yang mendorongmu.
Tertawa, lalu tersedak akan kopi yang dihirup cepat-cepat untuk menghilangkan spasi kemarin sore itu.

Dan aku selalu tahu bahwa kau tidak bodoh, bahkan makin pintar.
Karna pemahamanmu tentang teras rumahku yg tak pernah bisa kubuat sepi, tentang tamu kehidupanku yang kusayang dan tak terusir.
Namun kusebut pintar karena diam2 kamu mempelajari konsep baru.

Bahwa tak perlu teras rumahku yang tak gaduh tanpa pretensi.
Cukup di balik pintu rumahku yang hanya ada satu.
Yang bisa masuk diam2, disadari atau tidak,
untuk menjadi yang pertama di pagi hari.
Yang kusuguhkan kopi panas dan pisang goreng hangat.
Berbicara tentang kita dan empat atau lima.

Semoga.

Mari berkelana dengan rapat tapi tak dibebat,
janganlah saling membendung apabila tak ingin tersandung.
Pegang tanganku, tapi jangan terlalu erat,
karena aku ingin seiring dan bukan digiring.

0 komentar:

 

Blog Template by BloggerCandy.com