Dahulu, saya pernah menertawakan teman saya dan menganggap dirinya sangat konyol. Saat dia bertahan dengan sesorang yang notabene: "emosional". Seorang yang suka membentak, berteriak, bahkan membenturkan kepalanya ke dinding saat marah. Saat itu saya tak bisa mengerti, apa yang mebuat dia bertahan dengan pesakitan seperti itu. Saya tergelak saat dia berkaca dan mengucap atas nama cinta. Oh temanku yang lugu, apa itu cinta bila kamu sekalian tak bisa saling melengkapi, membahagiakan, bahkan saling menyakiti?
Berkali saya mengimpikan figur yang mendekati sempurna. Katakanlah, benar-benar bisa memimpin juga membangun sebuah keluarga.. bertanggungjawab, tidak hanya hidup untuk dunianya sendiri,dan yang terpenting.. tidak kasar.
Berkali pula saya jatuh dan bangkit dalam pencarian. Tapi, selalu ada yang baik untuk yang baik. Dan saya sadari, saya pun bukan yang mutlak bahkan mungkin mendekati tidak sehingga saya belajar untuk mengesampingkan ego. Pola pikir saya berubah drastis menjadi konyol seperti teman saya di masa lampau, mengedepankan bagian tak kasat mata dan tak bisa disandingkan dengan logika.. cinta.
Saat berada di zona lelap, kini mimpi saya selalu bertemakan sosok yang sama. Yang memegang jemari dengan senyuman.. tertawa, serta masa depan yang besar dan lain sebagainya. Dan kemudian saya terbangun, menghela nafas karena ketidakpedulian, kemandulan untuk mengerti prioritas dan posisi, ketulian dalam mendengar juga kelumpuhan dalam bertindak.
Ah ya, saya mengerti bahwa selalu ada proses dalam menuju kebaikan, suatu pendewasaan. Selalu saya paham, belum saatnya untuk menuntut begini begitu, berekspetasi berlebih, karena.. sudah jelas. Setiap orang memiliki paradigma yang berbeda. Mungkin, saat ini oranglain tak berpikiran jauh ke depan. Oranglain saat ini lebih mengonsepkan planet dan galaksi terbaiknya.. tanpa tahu bagaimana cara menata hari esok, kehidupan, bahka tugas besar yang menantinya kelak.
Mungkin.. dan inilah saya pada detik ini..
Bertahan, dan bersabar. Ketika dua sisi mata koin saya temukan tak terduga. Saya memutuskan untuk beristirahat dari semua hal yang tak serius. Bila kau memang memainkan lagu untuk dirimu sendiri saat ini, maka aku akan mencoba mengerti bahwa itu adalah melodi yang sedang engkau senangi. Akan kunanti kau yang siap berbagi tangga nada.. selama ku mampu. Hingga mungkin kutemukan bahwa memang takkan ada yang benar-benar milik kita, maka akan kumainkan lagu untuk diriku sendiri, hingga ada yang mampu berpikir jauh ke depan untuk menciptakan.. bukan menerima dan hanya terbawa arus kesenangan masa muda. Suatu saat nanti.. dan semoga, itu kamu, yang terus memenuhi di alam mimpi.
Karena terkadang, berada di dalam rumah saja tidak cukup.
Harus tetap ada kemauan, untuk memeluk dunia.. :)
P.S.: I love you~
Dan, sekarang biarkan aku yang memegang dadu:
"Apakah kamu benar-benar serius akan hal ini?"
3 komentar:
Dadu telah kau pegang
jangan lupa untuk dilempar
Jika sudah buat undangan
jangan lupa tuk disebar
PS: #nothing
Fauzan?..
Ups, maaf jika saya tak sopan, Bu Vidia.
Post a Comment