Tuesday, May 29, 2012

Polos


Apabila boleh dikatakan, selain kedua orangtua saya. Orang yang dapat melihat warna saya dengan benar dan begitu pula halnya saya terhadap mereka.. Selama 22 tahun saya hidup menjejak pada Bumi, ialah dua orang itu. Dua orang yang berhasil membuat saya merasa menjadi bungsu benaran, yang dijaga namun didewasakan. Yang membuat saya secara jantan berkata saya baru menyentuh pesisir, dan belum tengah bahkan ujung lautan. Hanya mereka. Ya, mereka. Dengan mereka, saya tidak manipulatif. Yes.

Malam tadi, ketika rasa ingin berdiri di tengah rel kereta yang sirinenya berbunyi kembali. Ketika kumpulan masalah berputar bagai palu godam dan momen pelarian diri ke hutan gagal. Ketika yang lalu menari, yang kini mengambang, dan yang sudah bertanya. Yang berujung pada tidur seharian, melamun sendirian, dan berujung pada kealayan mendadak resign.

Saya menemui orang yang tepat, bernama pedang dan tameng. Dan saya baju zirahnya.
Siapa sangka, dalam waktu sekian mereka dapat dengan tepat menyimpulkan warna saya?

We're MBES family. Really we are.
Terimakasih. :')

*karena, ada yg terdengar meski hanya diam.. dan bahasa ada pada mata, yg mengerti tanpa harus berkata..

Published with Blogger-droid v2.0.4
Friday, May 25, 2012

Jari-jari



Suatu sore di balkon kantor Jakarta:


 
 Balada Ibu Jari, Telunjuk, Jari Tengah, Jari Manis, dan si Kelingking..


Engkaulah keheningan yang hadir sebelum segala suara
Engkaulah lengang tempatku berpulang

Bunyimu adalah senyapmu
Tarianmu adalah gemingmu

Pada bisumu, bermuara segala jawaban
Dalam hadirmu, keabadian sayup mengecup

Saput batinku meluruh
Tatapmu sekilas dan sungguh
Bersama engkau, aku hanya kepala tanpa rencana
Telanjang tanpa kata-kata

Cuma kini
Tinggal sunyi

Dan, waktu perlahan mati

[Dee: Partikel]

Kelingking hanya merindukan jempol. Sangat rindu. Sekali.


Published with Blogger-droid v2.0.4
Wednesday, May 23, 2012

Basi


Hem.
Saya ingin mengisahkan kejadian-kejadian. Yang nampak konyol jika masih memiliki rima hingga sekarang. Yang nampak tak bermakna diungkapkan ketika kau sendiri sudah berhenti bertanya mengapa dan menghelakannya seperti angin jahil biasa yang hanya numpang lewat untuk mengacak rambut yang tipis.

Semua ini bermula dari percakapan yang saya sebut pengecut murah, yang setelah 6 bulan saat klimaks, dan jiwa yang kecewa telah pergi untuk selamanya, tiba-tiba datang ingin bercerita, dan berucap mau meminta maaf secara benar.

Sosok itu datang, dengan kisahnya sendiri. Meracau kelam yang dilalui, kesalahan demi kesalahan yang sesekali berhias tangisan. Saya, yang sejak Beliau pergi mengalami titik balik untuk kembali jadi diru sendiri, sudah terlalu kaku untuk merasakan masa lalu. Entah apa, tapi saya tulus mendengarkan dan mengatakan solusi agar dia bisa bangkit, dan berhenti menjadi manusia tak tampak.

Hingga saat ini, saya sama sekali tidak bisa memaafkan. Namun adalah basi untuk berteriak atau murka. Lebih mudah bagi saya, berbicara dengannya, dengan menskip bagian-bagian pilu dan membangkitkan orang yang terduduk di pojok. Mungkin, jika percakapan ini ialah 1-5 bulan itu, saya akan meraung ketika menjawab apa yang bisa dilakukan. Saya akan mantap bilang 'Penuhi janji kamu, nikahi saya'. Namun, kini semua tidak sesimple itu. Jiwa dan pikiran saya sudah terlalu lelah untuk merawat buku tentang dia dalam perpustakaan. Di titik balik itu, saya membakarnya, hingga habis. Setakbersisa itu.

"Kamu gak tau seberapa kecewanya aku sama kamu.."

Saya tahu, karena itu saya berhenti bertanya kenapa. Dan menjadikannya suatu kisah, suatu sejarah, yang datang karena Tuhan ingin kita mengalaminya dengan suatu maksud. Tamat.

Dan detik itu, ketika beberapa kawan bertanya apa yang saya telah lakukan. Saya berpikir cukup, cukup sampai disitu dia diinjak, dan cukup. Namun, banyak hal yang tidak diketahui muncul di permukaan. Banyak emosi yang bertiba datang timbul tenggelam. Dan saya setuju, untuk membahas semuanya, untuk memanggil kembali sejarah yang hilang.. Yang bahkan sudah dianggap tidak ada. Untuk kebaikan bersama. Dan semoga ini yang terakhir.

Bukan.
Saya tidak pernah meminta atau bukan membentuk aliansi. Tidak ada untungnya bagi saya karena dia tidak berarti. Saya hanya, membantu menyelesaikan apa yang merambat jauh berkepanjangan.. Yang mungkin titik sumbernya ialah saya, dengan mengatakan kebenaran.

Selamat datang, lagi, ke kematian.



Published with Blogger-droid v2.0.4
Saturday, May 19, 2012

Definisi


"Kak, apa yah yatim teh?"|
"Yatim itu anak yang gak punya ayah.."
"Tapi Windi kan punya ayah, Windi bukan yatim?"|
"... Iya, kita yatim. Kan ayahnya udah pulang.."|
"Bukaaaaan, Windi mah bukan yatim. Windi mah punya ayah.. Bukan yatim kan Kak yah?"|
"Emang tau kata itu darimana, ada yang bilang Windi anak yatim?"|
"Bukaan, Windi mah bukan yatim. Punya ayah Windi mah, iih.."|
"... Iya, bukan. Kita punya ayah, bukan yatim.."
 
Maka terkutuklah, orang kampung tak peka. Yang menyebut kata-kata tabu. Baik yatim maupun janda.
 
 
Published with Blogger-droid v2.0.4
Thursday, May 17, 2012

?


Aku hanya..


Merasa.


Sepi.



Dan kau tidak mengerti.




Published with Blogger-droid v2.0.4
Sunday, May 13, 2012

Captain America


If we can't protect the earth, you can be damn sure we'll avenge it. 
[The Avengers, 2012]

There is only one God, and I don't think he dresses like that.

No comment.
Just saying,  i love you sooo much! :))

Wednesday, May 9, 2012

Hening



Saya, masih merasa bermimpi. Sungguh. Untuk kehilangan sosok nomor satu di dunia. Ayah yang paling ganteng sepanjang masa~ :(

Ayah. Saya... kangen. Kangen sekali. Ingin peluk, ingin cium, tertawa bersama. Semua. Kangen... sekali.

Dua minggu itu, saya ingin sekali berada disana. Temani yang susah tidur. Yang dikit-dikit minta dipijat kayu putih. Maaf, terakhir saya memang jarang melakukannya. Ngobrol pun hanya satu-dua. Karena, saya tak sanggup. Dan tidak mau menangis. Ayah mau saya kuat, dan tidak cengeng, dan bisa jagain Ibu. Jagain Wike dan Windi.

Hari-hari itu, saya benci malam hari. Maka saya bekerja hingga larut, agar capek dan tidur dengan tenang. Dan, kerjaan cepat selesai. Tapi, tetap saja. Saya insomnia dan demam. Lagi. Berkali saya terbangun dan menangis. Ayah sehat? Ayah... sehat? Tapi saya tahu Ayah. Kakak tahu. Ayah akan selalu sehat, selamanya.

Saya tidak tahu, bagaimana harus bersikap. Karena.. karena.. saya belum punya cukup uang untuk mengganti mereka. Karena, saya yakin.. Ayah bisa bertahan. Ayah..

Maaf. Jika saya belum bisa memenuhi semua harapan. Saya, belum membelikan Ayam Betutu di restoran baru dekat rumah kita itu. Saya, belum membawa bertemu Eyang Tulungagung. Saya, belum bisa membelikan benda-benda mahal. Belum bisa, membelikan Harley Davidson. Saya, belum bisa masuk BUMN. Saya belum menaikkan haji, belum selesai mengajarkan membaca Al-qur'an... yang selalu Ayah lupa huruf-hurufnya. Hehe.

Saya selalu berharap, setiap saya pulang ke rumah.. melihat Ayah disana, duduk menunggu di teras rumah kecil kita menunggu teh botol, martabak telor, atau kue-kue kesukaan Ayah. Yang Ayah sembunyikan diam-diam agar Ibu tidak tahu dan murka. Maaf, saya tidak ingin mencelakakan Ayah. Bukan.. Saya, cuma ingin, di waktu terakhir Ayah, Ayah masih bisa bahagia. Meski dengan makanan-makanan itu, meski dengan pijatan tidak seberapa itu. Meski.. meski.. hanya dengan temani yang tidur gelisah, atau mencium pipi kering yang berhari tidak kuat mandi.

Ayah.. Saya belum berhasil, Ayah. Mengapa Ayah pergi begitu cepat. Ayah, belum punya anak laki-laki, untuk menonton bola. Untuk menonton Brama Kumbara. Untuk gegelutan atau uleng-uleng. Untuk sholat ied bersama. Tahun depan, depan, dan depannya lagi. Mengapa?..

Saya, sedih sekali. Karena saya tidak mendampingi di detik-detik terakhir. Tidak membantu Ibu mengurus administrasi di rumah sakit negeri yang semrawut itu. Tidak ikut memandikan Ayah yang sudah terbujur kaku. Tidak bisa, menggiring membaca kalimat syahadat. Tapi, kata Ibu.. Ayah tenang sekali sebelum pergi. Katanya, Ayah tersenyum.. Katanya, Ayah ikhlas..

Tenang saja Ayah, saya akan menjaga harta Ayah. Ibu yang cantik, dan adik-adik yang berisik. Karena, meski saya perempuan, tapi Ayah tidak gagal. Mendidik saya agar mandiri, tidak cengeng, dan kuat. Meski saya keras kepala seperti Ayah, tapi kita sama bukan? Bahwa kita akan melakukan apapun, untuk orang-orang yang disayangi. Demi keluarga kita..

Wike pasti bisa masuk ITB Ayah.. atau perguruan tinggi negeri yang bagus, meski saya juga khawatir dengan hobby-nya yang tidak jelas. Windi juga pasti akan menjadi anak indigo yang cerdas. Dan kami akan berhasil, janji. Akan kami bawa Ibu ke istana yang paling indah. Agar Ayah bahagia, meski tidak bersama. :)

Ingat terakhir kali kita berjumpa sebelum Ayah koma? Waktu itu saya memaksa Ayah makan bubur dan obat pahit itu. Berkali Ayah menolak karena takut muntah, dan saya memaksa. Lalu benar, muntahan itu nyata. Pedih, dan merasa sangat bersalah.. karena memaksa. Maaf ya Ayah, semoga Ayah mau memaafkan anakmu yang bodoh ini.

"Ayah.. Kakak berangkat ke Natuna ya Ayah. Ayah yang kuat ya.." | "Iya Kak, hati-hati.. Doain Ayah ya.."

Lalu dua hari sebelumnya, saya berbisik pada Ayah yang menatap kosong. Hanya kuning redup yang tersisa, dan sunyi. Saya bilang.. bilang.. kalau Ayah capek, Ayah boleh pulang. Ayah istirahat saja yang tenang, biar saya yang menjaga Ibu dan adik-adik.. Saya ikhlas, Ayah, gakpapa.. Dan, Ayah menjawab, dengan gumaman.

Kenapa. Ayah gak minta saya untuk tidak pergi dan terus menemani? Gak bilang kalau itu kali terakhir kita bisa berbicara? Kenapa, sampai saat itu, Ayah tetap tidak mau membuat saya khawatir?

Ah. Ayah.. jika saja Ayah bisa mendengar.
Percayalah. Kakak akan selalu menyayangi Ayah, kami akan selalu menyayangi Ayah. Karena Ayah ialah Raja kami. Dan sampai kapanpun, Ayah akan selalu ganteng. Meski sudah botak, bersisik, bentol-bentol, kurus, hitam, bermata kuning, dan sesak nafas. Ayah akan selalu ganteng.. selamanya. Sunsun, ...


Ayah cepat pulang.. Widya nunggu-nunggu,
Ayah cepat pulang.. Widya nanti-nanti.. :)
 
Wednesday, May 2, 2012

Forever and Ever :*


Halo Tuhan. Sudah lama sekali kita tidak berbicara, benar? Bagai orang asing yang hanya menyapa selamat malam dan selamat pagi. Aku seperti lupa jati diri. Ah, salahkah Tuhan, bila aku sudah berhenti berharap apa-apa?



Tuhan. Aku kangen Ayah. Kangen sekali. Entah mengapa akhir-akhir ini hanya ingin pulang dan temani Beliau yang kesakita. Tuhan, Ayah apa kabar ya? Ayahku yang kuat dan hebat. Laki-laki nomor satu di dunia. Ayah.. Ayah apa kabar? Katanya, Ayah sudah tak ingat siapa-siapa. Ayah kritis ya, benar? Sakitkah Ayah? Menyiksakah?..

Maka.. pergilah Ayah. Pulanglah, ke surga. Aku ikhlas, sungguh. Meski aku tak bisa membayangkan dunia tanpa Ayah. Tapi.. Ayah sangat kesakitan.. dan tak bahagia..

Tuhan, Aku tahu Ayah manusia yang tak luput dari dosa. Mungkin banyak sekali keburukan yang Ayah lakukan pada orang lain. Tetapi, ampunilah, kumohon. Cukupkan sakitnya. Kumohon. Seminggu kemarin hanya itu kan yang diucapkan Ayah pada Mu? Kumohon.. Ya Allah, ringankanlah..

Ayah.
Ayah. Ayah.
Ayah. Ayah. Ayah.
Ayah. Ayah. Ayah. Ayah.
Ayah. Ayah. Ayah. Ayah. Ayah.

Ayah cepet pulang.. Ayahhhhhhhh. :(


Ayah. Senyum dong.
Ayah tetap ganteng kok. Ganteng sekali.
Apalagi kalau lagi senyum. Hihi.


I love you, Ayah. Sepanjang masa. :)

 

Blog Template by BloggerCandy.com