Seperti deja vu,
Ingat momen empat tahun silam.. Jauh sebelum orang itu menikah tepat dua hari sebelum Ayah pergi sehingga janji saya untuk datang harus diabaikan; jauh sebelum orang tersebut meminta bertemu, berkali-kali sebelumnya, setelah masa dua tahun perang dingin, yang terserang penyakit akut: grogi; jauh sebelum manusia bodoh ini beralih karena anomali; jauh-jauh, sebelum Ayah & Ibu bertanya mengenai seorang yang berkuliah sama dengan Tante Dewi, di jurusan yang Ayah ingini dan lolos tapi terpentok biaya.
Sore hari. Di gerbang Salman. Mang-mang jual majalah. Bercanda tentang satu orang yang mencari-cari sedari tadi. Perawakan itu, mata itu, dan kata-kata: "Kayanya beda sama yang di foto ya? Yang ini chubby.."
Atau mari merangkak ke satu tahun sebelumnya.. Lebih jauh lagi sebelum jengah melihat mereka yang lebih bebal dari cangkang penyu; sebelum konferensi konyol bersama orang-orang kepala batu; sebelum perjalanan halus tapi menyakitkan; sebelum permusuhan para wanita; sebelum merasa menemukan partner terbaik; jauhhhhh.. sebelum menyaksikan metamorfosa seorang penunduk dan penakut menjadi yang selalu menegakkan kepala dan berhati besi.
Lagi-lagi sore hari. Di bangku-bangku koridor depan perpustakaan besar. Mahasiswa pikuk berlalu-lalang. Seseorang memanggil dengan minim percaya diri. Sorot itu, mata itu, dan kata-kata: "Halo..."
Bagian mana? Ialah ketika menemukan seorang asing yang menunggu di tengah keramaian. Saat menerka, menilai ini-itu, lalu memilih. Saat orang ini menjelma menjadi image, menjadi figure, memiliki peranan, dan memiliki porsi hingga bertahun kemudian. Orang-orang asing di ujung jalan.
Seperti orang asing yang empat bulan lalu minta dibuatkan teh hangat di pagi hari. Atau orang asing yang sebulan lalu di warung mie pertigaan lampu merah yang habis berkendara jauh dan tiba terlalu malam. Atau yang baru saja, sekitar dua pekan lalu, menanti di pinggir jalan membawa ransel besar, dengan kalimat pertama: "Pantesan lama, kok naik bus yang ini?"
Orang-orang asing yang saya persilahkan masuk di ruang tamu,
yang beruntung bisa mendapat kunci rumah.
"Yah, kemaleman. Padahal mau minta anterin.." |
"Hah? Kemana?" |
"Ketemu Ayah.."
Ah.. Siapa bilang orang asing itu penculik, penjambret, penghiptonis, bahkan pemerkosa?
Orang-orang asing ini pernah membuat saya merasa menemukan rumah. Rumah yang juga bisa membuat saya tetap bermimpi. Tempat tiada lagi yang harus disembunyikan termasuk berkata: "Aku kangen~"
♪ So kiss me and smile for me
Tell me that you'll wait for me
Hold me like you'll never let me go
Cause I'm leavin' on a jet plane
Don't know when I'll be back again ♪
[John Denver: Leaving on A Jet Plane]
0 komentar:
Post a Comment