Sunday, April 13, 2014

Buruk

Tak kusadari, kini aku telah menjadi buruk.
Buruk sekali.
Seburuk remah roti yang menjamur busuk di pojok kaki meja.
Seburuk gatal yang menyerang pori-pori.
Aku buruk.

Dahulu aku sempat berada di titik keangkuhanku.
Dimana kurasa dunia berada di telapak kakiku.
Bahwa aku, bisa menjadi apa saja.
Dengan keseimbangan pribadi yang kukira mampu kutata cantik di atas meja.
Cantik rupa, cantik pula hatinya.
Aku yang hangat.

Dan aku lupa.
Lupa kehangatanku.

Lelaki macam mana,
yang meski kusakiti setiap hari.
Dengan kata dan laku tak pantas.
Juga cengkraman perih di sekujur tubuhnya.

Meski marah, kesal, pun sakit hati.
Tapi tak berlari pergi?

Kamu...mungkin kamu saja.
Yang menerima keburukanku dengan ikhlas.
Yang kemudian kau alirkan ke samudera luas.
Untuk menjadi tak bermakna.

Karena aku cantik,
Namun hatiku harus lebih cantik.

0 komentar:

 

Blog Template by BloggerCandy.com