Tuesday, July 31, 2012

Amin



Aku pelaut yang mencari daratan yang tak pernah tenggelam.
Yang bisa memaksaku pulang. Dimana aku mampu melabuhkan jangkar hingga berkarat.
Karena aku tak mau berlayar lagi. Aku telah pulang..

Kakak lelaki hitam manis tapi menyebalkan saya itu sedang jatuh cinta. Terkikik sendiri, sesekali mendengar kiriman rekaman suara. Tersenyum lagi.. Lalu saya tertawa. Usil.

"Naon sih critz, maneh liat urang pacaran. Mupeng yaks?" |
"Hih. Bodor. Hahaha." |
"Bodor kunaon? Namanya juga pacaran. Naon bodorna. Bodor tapi hayang nya?" |
"Azzzz, mengalihkan. Jadi, pacarnya ada berapa? :p" |
"Ada 1. Maneh mau jadi ke dua? :D" |
"Bah. Cape hati sigana mah." |
"Hahahahha. Emang mau jadi ke berapa?" |
"PUH." |
"Wekekeke, awa doain..ketemu co yang bisa manjain maneh ya critz." |

Dan saya mendelik. Merah padam.

"Amin gak?"
"Amin?"
"Amin dulu atuh.."
"Amin ya? Ya? Ya?"

Sungguh ya. Dia memang paling pintar membalikkan keadaan. Sosok cerdas yang berani.

"Ah. Urang paling benci dibaca orang lain," akhirnya saya bicara setelah kopi hitam kapal api habis.
Dan dia tersenyum, jahil. "Itu kenapa maneh selalu tidak mendapatkan apa yang maneh inginkan crit.."

Sialan. Lalu dia mengacak-ngacak rambut saya yang tipis. Merenung memandang perairan teluk yang tenang. "Crit, semua cowok yang punya adik cewek pasti mengerti, kalau kalian itu pada dasarnya manja. Urang yakin maneh juga, cuma karena keadaan jadi gakbisa. Tapi suatu saat, pasti maneh ketemu orang yang tepat. Ya? Amin?!!!"

Muka saya tertekuk, dan merah. Saya mengangguk, memainkan tiewrap dalam sunyi. Dia tersenyum jahil, lagi. Senyum yang membuat tonjolan pada bagian pipi bawah. Yang selalu saya olok-olok ketika mengejek muka saya yang katanya seperti terbuat dari pipi semua.

"Nah gitu dong. Tenang aja, pasti ketemu.." Dan dia melengos pergi, membiarkan saya melamun.

Saturday, July 28, 2012

Bocah


Pada suatu hari, kala bangun sangat siang dan tidak berenergi, dalam langkah gontai dan sering menguap.

"Kunaon sih?" *tepuk2 kepala
"Crit, kagak bawa dongle lu? Terus prosesing ntar gimana? Elu nih, lu nih.." *berkali2 toyor pipi
"Lesu banget toh Vid? Ngopi sonoh" *dengan polos nyetanin batal puasa
"Ih, ntong ngegelan kuku?!" *melepas paksa jemari dari zona nyaman

Rasanya, saya mulai mengerti posisi dianggap masih terlalu muda lalu dimudakan. Annoying, tapi at all menyenangkan. Yah, semoga tidak merubah sikap saya menjadi sok childish atau bermanjaria. :p

Dan, saya menikmati setiap senyum kalian semua. Sungguh. :)



Published with Blogger-droid v2.0.6
Friday, July 27, 2012

Random Acces Memory


SV. MGS Geosurvey: Teluk Banten

Pernah menemukan adegan dalam film action ketika si jagoan terbirit menghindari tembok yang maju menghimpit dirinya? Berlari sedikit lamban saja, dia menjadi papan, dan film tamat. Saya merasa berada pada posisi itu, tapi bedanya.. saya bukan jagoan. Saya hanya anak kecil yang baru belajar berlari tapi sudah harus mengejar naga yang melesat cepat. Dan hebatnya, saya benar-benar berusaha untuk berlari. Tumben.


Sejak kecil, sekali lagi, saya dapat dikatakan orang yang beruntung. Hidup saya seimbang. Bermain jalan, nakal jalan, akademik pun jalan. Tanpa perlu mendekam di kamar sehari semalam suntuk dengan buku, meski dengan nilai seadanya, alhamdulillah, saya selalu diberi kemudahan Yang Maha Penyayang. Maka bayangkanlah di titik ini, saya merasa tiada apa-apanya. Bahwa keberuntungan itu misteri. Keajaiban. Kali ini saya harus berusaha.

Berusaha mengakali RAM otak yang sedikit, yang tidak bisa di-upgrade begitu saja di Bandung Electronic Centre dengan mudah. Kali ini, (iya saya tidak pernah seniat itu), saya harus belajar, berlatih, belajar, berlatih, ditoyor, di-bully. Untuk bermimpi. Untuk meraih impian.

Saya, si anak muda yang tak tahu diuntung dengan keberuntungannya. Kali ini dipaksa untuk benar mengusik dunia. Membuat datar Bumi yang bulat. Bahwa kata menyerah itu pantang, benar? ;)


"Gimana, Kak? Capek ya?
Kerja itu memang capek, Kak.. Tapi dinikmati aja.
Karena, banyak hal yang bisa kita raih dengan bekerja."

Wednesday, July 18, 2012

Shocked


Terkadang, memang lebih baik tidak tahu daripada tahu. Lebih baik bersikap tak acuh karena hanya melintas tak berbukti daripada diceritakan. Lebih baik tidak bertanya mengenai hal-hal sensitif daripada menggantung dalam sentimentil tinggi lalu membayangkan bagaimana rasanya jika saya adalah orangnya.

Terkadang, akan lebih mudah apabila cukup berpikir positif akan apa yang diperlihatkan. Daripada salah tingkah untuk menyapa atau berpura lupa ingatan atau malah menjawil ribut menunggu kisah lengkapnya.

Untuk hal-hal tertentu, percayalah. Hidup akan lebih mudah jika kita tidak tahu.

Tapi. Saya selalu percaya, dan mengamini seapa adanya sebagai sesuatu yang matang dan dapat dipertanggungjawabkan.

Because we're family. Percaya, dan tidak ada yang ditutupi.

Published with Blogger-droid v2.0.6
Sunday, July 15, 2012

Already


Random. I just already know. Heheh..




P.S.:
Huffft..

Friday, July 13, 2012

Berdesir-desir


… but whoever treasures freedom like the swallow must learn to fly..

“Kehidupan sekarang benar-benar membosankan saya. Saya merasa seperti monyet tua yang dikurung di kebun binatang dan tidak punya kerja lagi. Saya ingin merasakan kehidupan kasar dan keras … diusap oleh angin dingin seperti pisau, atau berjalan memotong hutan dan mandi di sungai kecil …
Orang-orang seperti kita ini … tidak pantas mati di tempat tidur.”
-Soe Hok Gie-


Sumber: 

Ah..
Pergilah jauh-jauh, jiwa petualangku.
Syuh~ Syuh~ T____________T

Wednesday, July 11, 2012

Unprotected


Sebuah percakapan panjang dengan seorang asing kali ini berhasil menggelitik partikel-partikel halus dalam hati, membuatnya terjaga hingga fajar. Lalu mengawang jauh begitu saja, tak kembali.

"Kok sepi,emang lagi kemana gitu?" | "Istirahat" | "Oh,kirain.." | "Heu" | "Ada masalah?" | "Yah,sesungguhnya emang dua bulan terakhir sudah gak serumah" | "Eh?Maaf.." | "Iya,kangen" | "Lho,emang jauh?" | "Jauh" | "Ketemuan lah,katanya paling deket?" | "Gakbisa.." | "Hmm,sementara telepon dulu aja" | "Gakbisa juga,hehe"

Apabila dianalogikan, seperti berada pada kondisi dimana hanya memiliki provider 'indosat' ketika di tempat tersebut cuma menyediakan jaringan untuk 'telkomsel'.. Sehingga hanya perantara Tuhan yang mampu menghubungkan.

Juga seperti berada di luar angkasa, antara Bimasakti dan Andromeda, yang bertemu pun hanya mampu di alam mimpi.

Ini kondisi yang sudah terjadi dan tak bisa diapa-apakan. Yang hanya bisa dilanjutkan di masa berikutnya. Mungkin seperti peserta ujian yang gagal SPMB, yang harus menahan rindu akan bangku perkuliahan di perti impian, dan hanya bisa belajar jauh lebih giat sekuat tenaga agar bisa lolos di tahun depan. Bedanya, yang ini bisa ribuan tahun, atau bahkan esok hari, tiada yang tahu.

Biarlah menjadi misteri. Mungkin paranoid, atau tak menerima kenyataan..akan ketiadaan.

Haiii pagi, apa kabar? Salahkah aku? Aku merindumu, benar adanya.

P.S.:
Kini tiba waktunya Ibu, Ibu, Ibu..lalu Ayah. :)

Published with Blogger-droid v2.0.6
Monday, July 9, 2012

What's happening?


Malaikat Jibril mendatangiku pada malam Nishfu (15) Sya’ban, seraya berkata, ” Hai Muhammad, malam ini pintu-pintu langit dibuka. Bangunlah dan Shalatlah, angkat kepalamu dan tadahkan dua tanganmu kelangit .”

Rasulullah saw bertanya, ” Malam apa ini Jibril ?”

Jibril menjawab. ” Malam ini dibukakan 300 pintu rahmat. Tuhan mengampuni kesalahan orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, kecuali tukang sihir, tukang nujum, orang bermusuhan, orang yg terus menerus minum khamar (arak atau minuman keras), terus menerus berzina, memakan riba, durhaka kepada ibu bapak, orang yang suka mengadu domba dan orang yang memutuskan silaturahim. Tuhan tidak mengampuni mereka sampai mereka taubat dan meninggalkan kejahatan mereka itu .”



Anggaplah pada suatu masa, saya melakukan kesalahan. Saya lepas kendali. Saya menjelekkan seseorang pada oranglain yang paling tidak ingin dia ketahui keburukannya. Saya akui, saya salah. Yang berlanjut pada amukan seolah tak terarah. Apapun disebutkan, bahkan rahasia yang sungguh hanya saya ceritakan detail pada seseorang tersebut pun dijadikan kunci kemenangan. Silakan, saya diam, saya tak ambil pusing, saya masa bodoh. Bahkan, bodohnya, saya jadikan permainan seru-seruan. Saya biarkan kami menjadi badut Ancol yang disorongkan mengadakan pertunjukkan menarik. Saya tertawa dan berbusa. Menikmati panggung kehidupan.

Hingga, saya tersentil ketika sahabat saya bercerita yang sebenarnya tidak ada sangkut pautnya namun pas dengan kondisi ramai yang terjadi.

"Darl, kok belum baikan sama ******? Coba dsmslah" | "Hah ngapain? Tengsin akh wkwk" | "Dalam suatu hubungan ga ada yg tengsin2an" | "Wae" | "Kok wae? Memendam rindu itu menyakitkan. Tiap gue pundung2an sama temen gue pasti gue merana" | "Memang hehe, lebih baik merana daripada tengsin :p" | "Eh gue gak dateng ya besok.." | "Ah lu arogan juga nih ha3" | "Beda lah, gue gak merana tanpa si mempelai. Hahahahaha"|

Sialan. Iya sih, jauh di lubuk hati saya. Jauhhhh sekali.
Saya merana, dan saya menderita.. Berkoalisi untuk menertawakan seseorang itu.

Hingga lama-kelamaan yang asalnya seru mulai menohok hingga ke hati. Yang asalnya asik mulai bergerumul menjadi penyakit. Ada apa? Kenapa? Apa masalah kamu?

"Dee, jangan berantem lagi ah. Buang2 waktu." | "Yah kan seru-seruan aja" | "Apanya yang seru? Temen nanjak kok dimusuhi" | "Bukan di pihak yg mulai kok, ya ladeni aja kan." | "Yah, kalo mau, skrg jadi pihak yg mulai memperbaiki aja. Gak ada ruginya toh?" | "Hahaha, selalu itu mah. Sekarang udah capek. Sebodo. Bukan aku yang punya masalah." | "Kalo gitu, apa susahnya melakukan sekali lagi? Hehe" | "..."

Lalu pada malam yang damai, pertarungan tak penting itu dimulai lagi. Yang asalnya bertujuan mentreat oranglain, jadi pukulan telak bertubi-tubi bagi diri sendiri. Pihak yang terlibat sebagian, yang tak terlibat sama sekali, bahkan yang hanya sok eksis nimbrung seru-seruan.. ikut heboh bersorak. Lagi, kami menjadi badut Ancol. Dan kali ini, semua terasa sangat tidak seru bagi saya. Ini keterlaluan. Ini berlebihan. Ini makin tidak masuk akal. Ini, harus diakhiri. Monggo, yang nyimak, yang manggut-manggut, yang menyemangati. Just mention me when i'm included.

>> Seseorang itu mengira saya memiliki masalah sama dia. Dia berpikir, saya cemburu, saya berpikir dia rendah, atau saya masih mentok akan perihal janji nikah-menikahi.

Preeet. Hell to the O. I'll tell you once again, Miss. I don't have any f*cking business with that shit. Tahi ayam. Bagi saya, semua itu nol besar sekarang, not worth it. Apapun yang saya lakukan, yang saya ladeni, sungguh pun semata-mata untuk menyerang oranglain.. dan yang bingungnya, disimpulkan menjadi bermasalah dengan orang tersebut. Seharusnya, saya hanya memiliki masalah dengan orang lain, tapi karena dia sekarang termasuk lingkupnya, bahkan ikut-ikutan. Terserah, itu hak saya untuk bersikap terhadap orang yang mencari gara-gara terhadap saya.

>> Dia meminta saya bersikap sewajarnya, tidak 180 derajat. Tidak baik di depan dan benci di belakang.

Saya minta maaf, untuk emosi yang tidak tepat itu. Bagi saya, itu tidak berlebihan untuk dibalas dengan anjing, bitch, ataupun whore. Iya, saya salah. Tapi, dari dulu, saya sudah bersikap sewajarnya dengan cara saya sendiri. Hanya saja, kamu tidak pernah mengerti. Kamu terlalu selfish, tidak sensitif. Kalau tidak percaya, tanya setiap orang yang mengenal kita. Saya memang bukan tipe yang gampang meledak, yang langsung nunjuk orang kalau tidak suka. Tapi, diam saya ketika kamu merajuk, atau tuli saya ketika kamu manja, dan sebagainya itu bukti saya tidak manis di lidah pahit di buntut. Itu yang tak pernah kamu pelajari. Kamu tidak pernah belajar beradaptasi, mengerti oranglain. Kamu tidak pernah tahu, ada kondisi dimana kita boleh memainkan kata-kata tajam dan bersikap antagonis.. tapi juga ada kondisi dimana kita harus memperhalusnya agar tujuannya tercapai. Kamu tidak pernah mengerti. Tidak pernah. Dan, saya tidak membenci kamu. Saya hanya tidak suka terhadap kekurangan-kekurangan yang dimiliki orang saja, lalu menerimanya. Sama halnya saya tidak suka dengan kemalasan 'kakek'mu, atau mulut besar nya 'papa'mu. Sama seperti mereka juga tidak menyukai kekurangan saya. Tapi kita tetap bermain bersama bukan? Hanya sebatas itu. Manusia memang ditakdirkan tidak terlahir dengan warna hitam atau putih, tapi manusia harus menerima bahwa mereka abu-abu.

>> Yang terakhir, pahit. Dan sungguh terlalu pangkat 10. Dia meminta putus kontak dengannya maupun keluarganya. "Let me get out from your life", katanya. Jangan melakukan sesuatu atas nama orang yang melahirkannya.

Sungguh, angkuh sekali. Saya menyerah. Di titik ini, saya menyerah. Memangnya dia siapa, melarang saya untuk berhubungan dengan makhluk Allah lainnya? Saya memiliki hak untuk bersilaturahmi dengan siapapun. Keterlaluan. Dan, hak saya untuk menolong oranglain yang kesulitan, terkhusus apalagi dalam hal mencari anaknya yang hilang dua hari. Kamu atau bukan, bahkan meskipun itu Ibu tak dikenal yang menangis di depan pusat informasi taman bermain, jika memang saya memiliki akses untuk menemukan anaknya.. akan saya bantu. Itu, sesuatu yang tidak bisa saya kompromikan.

>> Dia meminta, lagi. Dengan membawa kepemilikan tentang Ibu dan anak. Dan dia meminta saya untuk tidak membawa-bawa nama Tuhan.

Batu, dan sangat angkuh. Lebih angkuh daripada ikan koki yang saya benci. Bukan seperti ikan arwana yang berkarakter, bukan. Kamu salah besar kali ini. Saya dibesarkan dengan orangtua saya untuk menghargai orang yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda (iya, persis seperti buku pelajaran kewarganegaraan sekolah dasar). Saya pernah digantung dengan kaki di atas hanya karena mewarnai sendal tetangga yang saya benci dengan correction pen, tahu?! Saya dididik untuk sebisa mungkin sopan. Meski juga dibesarkan untuk menyerang ketika diserang. Dan yang perlu kamu tahu, saya tidak pernah mencari muka dengan sok-kenal-sok-dekat, saya hanya menjawab yang bertanya. Saya hanya menawarkan solusi, bukan cuma kepingin tahu terus memanasi suasana agar saya selalu benar. Kalau mau, silakan kamu yang meminta pada beliau untuk tidak menghubungi saya karena kamu tidak suka. Karena saya tidak akan pernah mengiyakan permintaan kamu yang maha super dahsyat konyolnya itu. Dan lagi, hak saya untuk membawa nama yang Maha Tinggi. Kamu, sama sekali, tidak berkepentingan untuk mengatur hubungan saya dengan-Nya. Ya, saya memang jarang sekali menaati peraturannya, mungkin bagi kamu juga saya tidak layak. Tapi, saya manusia ber-Tuhan. Saya percaya, Dia ada dan mencintai saya.

Pada intinya. Dari dahulu, hingga selamanya, saya akan tetap seperti itu. Seapa adanya. Semua yang diminta (terkecuali perihal pemutusan silaturahmi) telah saya lakukan dan akan saya lakukan. Dari hati, tanpa mengharapkan apa-apa.

Cukup. Kalau itu yang dimaui, oke. Saya paham. Sejelas bintang timur di ufuk Rinjani.


Sunday, July 8, 2012

Indeed




Yesss i am blind, my heart is blind.
But i don't care, hulalala~ :D


PS:


Maka, akan kukatakan kepadamu sekali lagi hai kiddo,
Saya. Vidia Chandra Dewi.. dengan ini menyatakan telah berada pada titik maksimum. Baik itu dalam memberikan kepedulian, perhatian, kebaikan, kesabaran, juga pengertian. Setelah semuanya yang saya mampu kuberikan dengan hati yang lebih besar dari Andromeda, entah kah itu menerima kondisi kalian, atau membangun kalian, atau terseret dalam masalah internal perusahaan akibat kalian, lalu merumitkan diri dengan situasi kalian. Apalagi.. A-P-A-L-A-G-I, yang kau minta dari saya?
Ini maksimum saya untuk mengerti kamu. Kamu mau mengerti saya balik atau tidak, atau kamu meminta saya lebih lebih lebih lebih lebih mengerti, saya tidak peduli. Masa bodoh.
Situ mau jumpalitan kek, gogorowokan kek, bunuh diri kek. Sebodo. Yang hidupnya gak tenang situ toh, bukan sayaaa? :D


And, you're lost. Tersesat. Peduli bagong. Maling kok teriak maling? You're the one that having problem. Not me.

Friday, July 6, 2012

Guling


Sebuah tebak-tebakan tentang hati seseorang yang terkenal dengan misteriusnya. Yang hanya bercerita pada satu orang, dan yang lain cuma bisa memandang nya sebagai ketidakjelasan. Ah, saya tetap menghormati Anda.. bagaimanapun sulitnya untuk mengerti. Hehe.


Malam itu seperti biasa diisi dengan proses menggoyangkan ribuan beam, yang kini tidak bebal, dan jauh lebih mengasyikkan. Masalahnya hanya satu, keterbatasan PC dalam mengolah data, yang hanya bisa saya akali dengan solusi konyol seperti mengelus-elus atau menyemangatinya layaknya manusia. -______-

Selepas tengah malam pun berlalu begitu saja, dan perut-perut yang lapar diobati dengan mie goreng telur plus es manis di sebuah warung kopi pinggir stasiun. Saya hanya banyak mendengarkan kali itu, tercengang-cengang, dan menatap takjub atas kisah abnormal yang diceritakan. Alhasil, saya menumpang bermimpi di sebuah kamar mahal nyaman ber-ac, yang bisa tidur nyenyak dengan berselimut tebal. Tidak seperti di Jakarta. :))

Sosok misterius ini hanya saya kenal sepintas, hanya tahu masalahnya sepintas, enggan bertanya dan mengorek lebih jauh karena segan. Saya hanya berekspetasi dan berasumsi dari gosip atau kabar yang melaju sesekali, atau kepingan cerita langsung yang terhitung kurang dari jumlah jari. Saya hanya bisa mendoakan yang terbaik, berpikir positif dan memercayai beliau sebagai seseorang yang sangat tahu bahwa yang dilakukannya ialah bukan suatu kesalahan.

Dan suatu dering alarm di pagi hari yang terdengar sayup-sayup membuat saya menyadari satu hal yang sebelum ini mengira hanya sebagai sikap mati rasa, ketika senang pun hanya tertawa biasa, dan sedih pun tidak menangis. Sebuah lagu:


Saya.. harap, kalian baik-baik saja. Sebaik adanya.
Bukankah dia ganteng sekaliii? :) *bukan pedofil, sumpret!


 I'm at a payphone trying to call home
All of my change I spent on you
Where have the times gone
Baby it's all wrong, where are the plans we made for two? ♪  

[Maroon 5: Payphone]

Multi zahara pisun.. --> Mulutnya pedes betul
Embur cucokkkkk! --> Emang bener

Tuesday, July 3, 2012

Ke'AKU'an


"Ngils, aku bingunggg!" | "Mengertii, paham kok kan kita mirip.." | "Iya, kita semua hareuras sih, 11 - 12, ke'aku'annya gede hahaha.." | "Karena itu cuma kita yang ngerti Na, orang lain cuma bisa bikin gosip. Hihiii"

Suatu pembicaraan sekira 60menit via media telepon di sela kerja kantor, dgn seorang teman lama yang katakanlah, pernah dididik menggunakan metode arogansi romantisme pada suatu masa. Yang melahirkan cara pandang berbeda dan cenderung (terlihat) menyimpang. \m/

Pertama, merasa tidak butuh.
Apalagi yang bisa ditawarkan seseorang pada individu yang sudah nyaman dengan kemandirian tanda kutip nya. Ketika mau jalan mudah, mau makan mudah, mau perhatian tanpa diminta pun mudah? Gilak, pangkat 10.

Kedua, keras hati.
Sulit bukan, mendapatkan sifat air yang gigih menetesi satu titik pada batu hingga bisa berlubang. Idealisme itu sampah, pejuang sejati hanya ada pada kisah yunani atau telenovela. Kepala batu, pangkat 10.

Ketiga, besar ke'aku'an.
Mengerti kan maksudnya? Kala 'aku' jarang sekali bisa memosisikan 'kamu' di dalam 'aku'. Jarang sekali bisa memosisikan 'kita' di dalam 'aku'. Kala 'aku' ingin menemukan 'aku' sehingga menjadi 'aku' kuadrat. Begok. Bodoh, pangkat 10.

"Semangaaat. Pasti ntar kita ketemu mr.right. We shall overcome. Hihii."

Ahhh, I really really really love you, rangers. Karena kamu-kamu mengerti. Tanpa harus bicara, bahkan dengan merasa. :)


Ps:
Sepertinya, saya sudah menemukan bunglon.. Sepertinya, meski biasa saja wkwkwkw. :p


Published with Blogger-droid v2.0.6
 

Blog Template by BloggerCandy.com