Teringat kisah seorang teman, yang mana keluarganya hidup sungguh naif. Karena, mereka hanya mengenal satu kata: CINTA.
Bapak teman saya itu dahulu kaya raya. Saat itu mendapat suatu kesempatan juga materi yang, katakanlah, meski tidak besar-besar amat, cukup untuk diinvestasikan menjadi sesuatu bagi anak-anaknya kelak.
Tapi, entah apa pasalnya, tanpa diskusi dengan siapapun, semua materi itu lenyap tak berbekas. Menjadi tahi.
Lalu sang Bapak jatuh sakit, keras. Di tengah segala keterpurukannya itu, Ibu teman saya pernah mengumpat.. "Lo itu bego, duit kemaren dikemanain? Coba lo ambil, beliin apa kek, udah punya apa aja kita sekarang? Gakkan hidup susah kayak gini. Sekarang lo sakit, bisa ngasih apa ke anak-anak? Jangankan warisan. Hutang! Lo mati cuma ninggalin hutang!"
Sang Bapak diam. Dan meski berkata kasar, sang Ibu mengurus sisa hidup suaminya tanpa henti. Tanpa pamrih perhiasan-perhiasan. Tanpa berusaha meracuni dengan iming-iming asuransi jiwa yang cukup besar.
Saya menghela nafas, lalu bertanya pada teman saya:
"Nah..lu, apa yang lu rasakan?"
Dan teman saya hanya tersenyum.
"Men, gw gak pernah mengharapkan warisan apa pun dari Bapak gw.. Gw gak peduli. Mungkin emang Tuhan kasih jalan kayak gini, ya terimalah. Berarti kewajiban gw sekarang sebagai anak yang ngasih mereka sesuatu. Karena mereka udah membesarkan gw dengan cinta, lebih dari cukup. Maka ini saatnya gw membalas cinta mereka dengan sesuatu yang nyata. Gw sehabis kuliah bakal kerja keras, dan membangun istana keluarga gw sendiri!"
Hei, siapa yang bilang makan pake cinta itu bullshit?! Teman saya telah mematahkannya, keluarganya berpuluhtahun hidup dengan cinta. :)
P.S.:
Karena cinta bisa menghasilkan uang, dan tidak sebaliknya.