Sepagian ini hujan turun seperti work hours seorang pekerja offshore, dua belas jam lebih. Tidak lebat tapi deras, sederas rindu pada sinar matahari. Yang dua hari kemarin sempat saya kesali karena alasan ingin dihubungi selalu. Hello, emansipasi itu tetap tidak akan pernah mengalahkan kodrat, kawan! Jantan mutlak menyatroni betina, dan selalu. Sejelas cetak biru.
Dan sesore itu di tengah ritual siang mendung, membuatkan kopi-susu untuk para kekanda sembari menghabiskan satu-dua peneman ngobrol antara saya dan dua senior saya yang kembar siam, ingat?
Yang satu langsung menghirup kopi, dengan suara seruputan khas yang biasa.
"Ahhhh, makin jago aja lu bikin kopi!" /
(Mesem-mesem bingah) "Yaa, tergantung suasana hati lah, Oom.." /
"Lah, katanya kemaren marahan?" /
"Hah, nggak. Bete aja harus ditelpon duluan.."
Hening sejenak.
"Eh, gua mau ketemu. Ajakin ketemu kita lah, Vid. Makan bareng! Gak usah bertiga deh, ntar Ukong bawa pacar, gua bawa istri. Gimana?"
Dan saya terbelalak, menyeruput kopi, salah tingkah. "Eh??? Buat apa?"
Lantas paras keduanya berubah serius, saling tatap. Lalu yang satu menyeloroh,
"Vid.. Lu itu keluarganya cewe semua. Kalau ketemu cowok, rasa tanggung jawabnya bakal lebih ada..."
Ah. Kenapa, peduli? Kenapa, khawatir? Karena, Tatang? Karena, saya tidak mau menonton film seri Korea itu?
Karena, kah kalian orang pertama yang saya terbukai di kantor? Karena kisah-kasih di bangku rooftop pada suatu Jumat petang?
Karena, kah perjalanan becek berjam-jam mengitari jalanan Tebet? Malam cengeng lalu berautis di Mcd?
Why?..
Critz, cerita atuh. Kita selalu ada buat maneh.
Kan, we're Mbes family...
Saya mengulum perih, menahan butir yang menderas menuju permukaan.
♪ At night when the stars
Light up my room
I sit by myself
Talking to the moon.
Trying to get to you
In hopes you're on
The other side
Talking to me too.
Or am I a fool
Who sits alone
Talking to the moon? ♪
[Bruno Mars: Talking to The Moon]
0 komentar:
Post a Comment