Wednesday, November 7, 2012

Grow Up


"Pid, elu itu terlalu kecil untuk berpikir secara dewasa men. Makanya gw enggan cerita."

Ah. Dewasa itu pilihan.. Oom. Terkadang kita tahu bagaimana cara berpikir dengan dewasa idealnya, tetapi kita memilih tidak. Urang memilih bersikap tidak dewasa, karena menjadi dewasa hanya akan menyakiti urang, karena urang membohongi diri sendiri.

"Berarti, lu memang belum. Kali?"

Bisa jadi. Dewasa itu relatif. Dewasa juga punya standar, yang dihimpun dari orang kebanyakan. Tapi standarditas itu klasik. Mungkin, saya memang memiliki standar dewasa yang lebih rendah dibanding rata-rata dengan relativitas yang disesuaikan dengan situasi juga kondisi, so what?

Yang terpenting, kita tahu mana prioritas toh? Mana yang benar atau salah toh? Mana yang penting atau mudah diabaikan toh? Mana yang benaran atau bohongan toh?

Terlepas dari kita mau memilih yang mana, untuk menjadi hitam atau putih. Bahkan abu-abu sekali pun, itu pilihan. Seperti menjadi dewasa.

"Vid, dari semua ini, ada yang bisa diambil positifnya gak?" |
"Yaaaa, mungkin..." |
"Ada, apa nggak?" |
"Ada...kali, tapi yang pasti komen gak penting gitu gakkan merubah urang." |
"Ah, mengambil sisi positif bukan berarti harus berubah..kaleeee?"

Pfft. Cong, sepagian buta ternyata mendapat hasil kalau gosip di kantor lah suap2an, nyatronin kamar mesin, sama nongkrong bareng cowo2? Jadi, elu?!!!

Bener sih kata si Oom:
"Lah kan emang di lapangan adanya cowok semua, dikata lu mau ngobrol sama ikan duyung Vid?" =))
 

0 komentar:

 

Blog Template by BloggerCandy.com