Thursday, February 16, 2012

Layu Tatang


Banyak yang memihak, bertanya, menggurui, memberi masukan, memberi kesempatan.. Baik yang hanya dalam kuluman senyum meneliti benang tak nampak lalu diuraikan dalam sebuah artikel, atau juga yang mabuk dengan mengeluarkan ancaman tanpa sadar hanya berbuah masuk kuping kiri keluar kuping kanan.

Buku cerita itu berhenti, begitu saja. Bagai terguyur air lalu dipanggang terik lalu kaku selamanya. Terbuka pada lembar usang, tak bergerak. Tanpa bisa ditintai lagi, dibolak-balik lagi, dibaca-baca hingga pening, bahkan untuk dikemas dan dibakar hidup-hidup.

Entah apa dan bagaimana, saya sudah lupa bagaimana menyenangkannya memulai sebuah cerita. Dari sebuah prolog yang mendebarkan,sambung-menyambung, sebuah epik, tanpa harus merobek lembar lalu yang sudah ada. Bagaimana rasanya, seniat itu mempertahankan tinta yang mulai habis karena konflik yang berkepanjangan,atau melindungi lembaran rapuh dari buram akibat air hujan. Sudah, begitu saja tergeletak. Ya, tanpa mau disentuh, tanpa mau dibaca ulang dan membuat resolusi-revolusi.

Karena mulai detik itu, saya menganggap buku cerita itu tak pernah ada. Bahwa saya tak pernah punya, semuanya. Bahwa saya, tidak pernah menulis apa-apa. Hanya kosong, dengan ketergesaan. Di tengah lautan dengan tatapan harap pada daratan yang jauh. Rindu akan memijak Bumi, tetapi takut untuk mengarungi samudera .. sekali lagi. Sehingga kekonyolan itu berujung pada buah pemikiran yang buruk tentang badai beliung yang menenggelamkan perahu pada dasar laut. Agar.. titik, tak perlu lagi pergi kemana-mana. Karena terus berada di lautan itu sakit, tapi menuju ke daratan pun tak berani. Dan saya benci, seumur hidup, dan selamanya.. untuk kembali memercayai tangan lain yang katanya menunggu saya pulang. Itu bohong. Saya skeptis, boleh?..

Mengetuk-ketuk jemari dengan ritme asal pada lantai kayu yang basah terciprati hujan. Berpikir, merenung. Tapi nihil. Masih, dan selalu, tak bertemu dengan jawaban. Kemana serpihan puzzle yang dahulu terurai tak terbatas lalu hilang sebagian. Dia, sudah tak bisa merasa lagi. Dia, sudah tak sempurna. Dia, mati.

Dalam kesendirian, kutemukan ia.. ketakutan.
Pasti.

Hei, pengecut.
Still alive?!

0 komentar:

 

Blog Template by BloggerCandy.com