Sunday, February 5, 2012

Gila Babik



Seorang pemuda secara tiba-tiba duduk, menatap heran, bicara tentang matahari yang belum tampak. Tentang wajah yang menua.

Dia memutar sebuah video dengan sinyal yang dipaksakan, menyalakan korek pengganti lilin, membuat mahkota dari bungkus wafer.. untuk membuatku menandak-nandak menari di deck seatruck dengan bendera merah-putih yang berkibar bersama gelombang. Juga kerajinan tangan lain, sebuah sapi imaginer yang cerdas mengecap kata kebahagiaan.

"Buang saja.." kikiknya di tengah panas matahari yang menyengat dan bulir keringat yang menetes satu-satu.

Kini, kutatap benda itu. Suatu coklat kopi, yang kubawa selalu tapi jarang kupakai. Yang percakapan hanya datang sewaktu-waktu, seiring penggunaannya yang belum kusadari sebagai kewajiban.. hanya kebutuhan. Memori kemarin yang sungguh melekat, yang masih ramai dibicarakan orang sebagai kisah paling unik selama sejarah. Orang putih terang-terangan, orang hitam terang-terangan, orang abu tersembunyi.. atau orang yang abstrak tapi diam-diam menusuk, tak terdengar, yang berbicara bagai kelambu tapi hanya manis di depanku. Kamu, mungkin juga ingin bersama palung di dasar lautan? :))

Gejolak ini fluktuatif, dan tak terdefinisi. Makin kupikir, makin ku menolak gravitasi. Tebak saja, baru beberapa pekan lalu hanya ada janji saklek tentang nilai nol. Lilin yang menyala redup lalu padam, dalam harapan namun kubuang jauh karena kode yang samar. Lalu kembali terang, tapi saru.. buat apa? Buat apa ku peduli? Rasanya, bagai memilah dan memilih jalam yang tak ada.. yang kubawa pening dalam bingkai jendela yang temaram.

Aku, 22 tahun. Ialah manusia kenangan yang kelabu akan target, akan usaha untuk meledakkan kepingan memori usang. Aku lah bodoh untuk mengurai benang kusut-masai, menggulungnya lalu dibuang ke samudera. Dan, keledainya lagi.. terlalu terbuka untuk membiarkan pihak lain yang mengurai benang, mengikatnya, lalu menimpa dengan benangnya sendiri. Timpa-menimpa, tanpa memberi tahu.. bahwa benang kusut tu masih menancap di kepala, jauh di ubun-ubun, dan tak terkendali.

Ah, ingin pergi. Ke tempat sunyi tak ada siapa-siapa. Hanya ada kesunyian, tanpa berkoper-koper memori.

Leave all that you can leave behind.
Cherish all day with its unique blessing.
Sic itur ad astra!! And let the gravity do the rest.


[MoO, 3 Februari 2012]

0 komentar:

 

Blog Template by BloggerCandy.com