Sunday, January 29, 2012

Ruang


Detik-detik seperti ini, yang bergerak lambat menyiksa.. ketika semua orang sudah kelelahan sekembali menikmati kapal bergoyang plus cipratan ombak bermandi matahari. Ketika mandi sudah, makan sudah, ngopi + merokok sudah, tersisa mata-mata lelah menonton bola.. atau yang bergelimpangan menghubungi kekasih, bahkan istri.

Saya berbaring terpejam, menanti hembusan angin dari mesin berputar di lantai. Tak ada, tak ada yang terpikirkan. Kosong. Tapi boleh tahan. Tak terasa, sudah masuk 3, angka yang rasanya sudah mati. Tercabut hingga akar dan meranggas seperti dedak. Biarlah, bukan prioritas kini. Saya masih punya 5 jari yang bisa digunakan untuk menghitung target.

Hampir kemudian tiap malam saya sempatkan hubungi nomor kontak yang diawali huruf B urutan kedua, untuk melepas rindu akan rumah, yang baru saja saya tinggalkan dua minggu lamanya. Saya hapus memori-memori lama pada kamera oranye, yang gambar pertamanya ialah sosok tidur orang berselimut garis. Dua image itu, yang selalu buat saya salah tingkah.. ketika orang tak sengaja menekan tombol kanan dan bukan kiri. Hampir merusak momen farewell dengan kawan baik di suatu malam. Selalu menghasilkan pertanyaan 'saha ieu' yang saya jawab cepat 'batur' dengan sok tak mengacuhkan tatapan tanda tanya. Atau senyum-senyum teman kecil yang hanya berkomentar sedih.. 'Ngil, eta kamera pribadi maneh nya? Hihi..'

Memori. Terlalu banyak memori yang hilang. Memori kamar mahal yang 90% nya dipakai bermimpi, memori hari kelulusan yang sempurna, memori lampu jingga, memori masa-masa sulit dengan teman lama yang pun menghilang, memori papeda lengket yang juga hilang, memori teman masa kecil yang menyaru bersama angin.. terkubur satu-satu, hilang kabar satu-satu, yang hanya bersisa angan ingin bertemu. Ah, saya tak menyesal jauh berlari, karena bodoh kalau kau samakan dengan yang jelas berbeda.

Kusisakan beberapa gambar gaya si pipi tembem bergigi dua dengan kantung mata besar. Dengan yang lain kupadatkan dalam kepala. Juga yang lain, yang muncul tak terduga bagaikan momok besar yang ingin kututup-tutupi dengan selimut tebal.

Disini nyaman. Disini bahagia. Disini, saya berlatih dan belajar.

Tapi, saya masih ingin pulang ke rumah. Rumah, dan rumah. Meski tempat ini tak mengizinkan saya menangis bak anak kecil kehilangan boneka kelinci kumal yang tak terbawa saat pergi jauh, merasakan ada yang hilang saat hanya bisa merangkul selimut tipis.. yang bergaris-garis, dan mencari-cari dalam alam bawah sadar. Sebuah dekil, berbaju pohon dan rusa natal, sobek sana-sini, dan tak berhidung. Bikin kangen. Ya, bikin kangen. :|

Restoran kepiting terkenal, suatu senja..

OmB: "Vid, anjis masih lu kasih nama itu?"
HjF: "Iya Oom. Hahaha emang kenapa?"
OmB: "Gw ganti ah.."
HjF: "Jah..kenapa?"
OmB: "Gw lelaki Vid.. Gak boleh gitu, lu harus move on, men. Nih, Tatang ya sekarang namanya!"

Lalu Tatang. Yang ternyata sama saja maknanya karena nama itu bersejarah slang dari panggilan sayang Totong. Tak kuaseeeee~

0 komentar:

 

Blog Template by BloggerCandy.com