Banyak. Terlalu banyak cerita berlimpah yang ingin ditumpahkan. Hingga bingung mau memulai darimana. :)
Pertama, tentang lelaki itu. Selalu. Yang sepertinya dia sudah lupa sama sekali, atau setiap perkataan mulianya menghilang begitu saja. Bagai orang lupa ingatan, atau sakit jiwa mungkin. Yang cuma manggut2 saat dikata buruk, mengiyakan, dan bangga serta tidak mengenal kata berubah untuk yang lebih baik. Silahkan. Kalau memang buruk ialah kebiasaan yang mau kau junjung tinggi, yang membuatmu merasa nyaman. Silahkan. Semoga selalu ada orang bodoh yang mau kau iming-imingi dengan kepastian, dengan keseriusan ke tahap yang suci. Semoga.
Kedua, tentang seseorang kawan lama yang seharusnya tinggal nama. Tapi, saya sungguh benci, ketika dengan tolol khawatir. Menawarkan perdamaian, yang rupanya hanya bisa menghela nafas dan mengulang keikhlasan dalam hati.. karena tidak diharapkan, karena menurutnya baik bagi saya untuk tetap memendam dendam, bukan maaf. Yah, mana tahu kalau ada yang seperti itu, yang lebih suka tidak disukai? Yang lebih nyaman jika saya marah, dan tidak peduli. Well, anak muda, seorang temannya teman pernah berkata 'orang2 besar selalu sibuk untuk meneruskan hidupnya. sirik, iri, dengki, dendam hanya dilakukan oleh orang2 yang kecil.. hatinya..' Maka saya belajar, untuk menjadi besar, jiwanya, hatinya, untuk bisa benar-benar berlapang dada dan sudah, yang terjadi yasudah, karena tak akan memanfaatkan apa-apa bila masih diungkit dan dikutuki. Seperti yang saya bilang, kita baik, kalau itu masih kau pedulikan. Kita baik kok. :D
Ketiga, tentang seorang teman. Yah, mungkin salah, kalau secara sepihak mengatakan kau abu-abu. Dan saya menghindar dari keabu-abuan itu. Bagi saya, saya tidak akan pernah meminta pada apa yang abu-abu, karena dia akan repot memilah-milah, terus begitu. Yang hitam dibiarkan, yang putih didukung, dan pada akhirnya tidak memiliki waktu bagi mengurus dirinya sendiri. Maaf saya frontal, atau sarkastis, tetapi saya hanya berusaha jujur. Maka lebih baik saya berhenti menuntut, karena kau akan kesulitan jika diteruskan.
Keempat, mengenai serangan fajar. Dikala sebuah panggilan dari adik, dengan panik dan menangis, beralih pada sosok nomor satu yang berkata ngawur mengenai pamit. Saya tahu engkau kuat, engkau tidak manja.. tapi sangat menyayat hati bagi saya.. saat engkau berteriak tidak kuat, dan bilang semangat ketika kau mau menempuh perjalanan dua jam di pagi buta untuk bertemu. Yang kemudian berbuah persekongkolan yang manis. Terimakasih untuk kamu, yang bisa berusaha, yang berani saat saya tak berani. Yang meminta demi saya, demi persaudaraan. Hingga sore itu, wonder girls lengkap. Demi Tuhan, keempat-empatnya! Juga Komandan abadi dan orang Jenius yang sedikit gila. Mereka, ada. Tanpa saya panggil, tanpa saya minta. Semua, karena kabar dari kamu yang jauh. Yang tak bisa hadir karena jarak. Tapi tenanglah, kamu nyata bagi saya, sungguh nyata. Karena meski wujudmu tak ada, kamu mampu menghadirkan orang-orang tersayang, mampu mewakilkan pelukan hangat, tawa persahabatan, juga semangat. Benar, saya memang tak bisa membayangkan dunia tanpa kamu, my best man. Sekali lagi, terimakasih, dan semoga 'cincin kawin' itu benar bisa membawa kamu kembali pulang, dan menemukan apa yang bisa kamu cari.
Terkadang, mungkin saya masih menyesal. Mengapa di masa itu saya tidak mengikuti arus, untuk masuk ke dalam perkumpulan yang tidak sevisi. Tetapi, memang tak bisa dipungkiri. Yang sejati itu selalu menawarkan, selalu bertanya, selalu bertindak tanpa dipinta. Yang sejati, paham bahwa memberi tak selalu harus dibalas, tapi mengerti tidak harus dengan penjelasan. Dia hanya tahu kemana melangkah, karena mereka orang-orang baik, yang mengasihi tanpa mencampuri. Mereka, membuat saya tidak pernah sendirian. :)
Terkadang, ada kondisi dimana kita sayang pada seseorang meski dia tidak sayang terlebih dahulu pada kita. Ada kondisi, kita sayang meski dia tidak. Peduli meski dia tidak. Cobalah, untuk menjadi proaktif, tak melulu reaktif. Cobalah, dan pasti yang kau dapatkan akan lebih dari itu. Lebih dari sekedar dibalas. Hehe.
0 komentar:
Post a Comment