Saturday, January 21, 2012

Absurd



Senipah, dalam keremangan malam..

Ini.. kebebasan ini.. mengamati keong besar yang berjalan lambat di tanah basah, menghirup campuran wangi pekat antara bekas hujan yang menyaru dengan tanaman entah apa namanya, disertai segelas kopi.. bukan kesukaan, tapi sempurna, untuk melukis sebuah senyuman lebar yang kutunggu sudah lama. Bukan sekedar pelarian diri mungkin, lebih tepatnya sebagai ajang relaksasi.

Di dalam ramai, sekumpulan Bapak-bapak yang mengobrol santai di depan televisi, atau Abang-abang yang riuh memainkan dotA di lantai atas. Ada.. ada makhluk lainnya juga disini.. Yah, di rumah sebelah tepatnya, yang membantu masak dan cuci. Ah, entah bagaimana khawatirnya Ibu jika tahu saya 'sendiri', hehe.. Maaf, percayalah, banyak dari mereka yang kukenal baik dan paham menjaga 'adik'nya yang manis. ;p

Rumah singgah ini dikelilingi kebun lebat yang luas, yang sesekali babi hutan atau bahkan anak kobra melintas disana. Sekali, ular air memasuki ruangan. Inilah rumah kita, men! Akhirnya, saya keluar dari Ibukota, dari suasana yang bising dan lelah, dari sepi mengucap selamat malam pada bantal dan guling yang bisu, dengan listrik yang separuh padam tepat pukul 9 malam.

Di depanku kini rimbun, juga gelap. Sesekali masih banyak kendaraan yang menderu melintasi jalanan yang bagus tak bercacat. Besok, saya on board! ON BOARD! Bayangkan berapa kencang pekikan semangat saya ketika diajak 'Pak Haji Boss' untuk ikut bertualang, kembali di Rawa Mahakam.

Ada khawatir disana, tentang rumah yang tak sempat kukunjungi sebelum terbang. Tentang lelaki yang baru saja menginjak separuh abad tapi kini mesti menambah jadwal pembersihan menjadi 3x dengan biaya sendiri demi memperpanjang umur eksistensi di dunia. Yang dari organ penyaring, lalu pemompa darah, lalu kini penghilang racun. Tuhan, apa lagi kini?..

Pasti, meski lambat, akan kudongkrak laju roda kita. Kutitipkan tetek-bengek rumah tangga padamu, hai yang cengeng tapi kuyakini lebih dewasa. Sesuai namamu, prajurit mereka. Relakan aku jauh, menarik kereta dengan kamu masinis di dalamnya. Kususut pula sesuatu di ujung mata, yang muncul tak terduga saat yang kecil dan tak tahu apa-apa bertanya, selalu itu.. tentang pulang. Tentang pintanya pada asesoris batu kesukaan yang habis dibeli pasti langsung dihilangkan, lalu tertawa tersedak mual-mual ketika dengan polos bertanya 'Kakak.. pergi sama Mas --- ya?' lalu terdengar tertawa Ibu di kejauhan, yang langsung ia perbaiki cepat.. 'Eh, Kakak kayak Amirah ya? Kerja?..'

Iya sayang, lama mungkin aku tidak disana. jadilah anak baik, dan jangan pernah takut.. akan yang hanya bisa terlihat dan terdengar olehmu tapi tidak oleh siapa-siapa. Dengar, mereka bukan apa-apa, aku tahu kamu pemberani.. ya? :)

Dengan sinyal yang hanya satu atau dua, bahkan nol di lantai dasar.. sesekali, bercerita tentang khawatir yang lain pada orang yang kini hanya berbeda satu jam saja. Tentang siklus yang sudah mundur lebih dari dua pekan, dan tentu tanpa sarana untuk mengklarifikasi disini. Yah, doakan saja, bukan berarti apa-apa. Aku kuat, benar? Bahkan aku pun tak percaya dia sekuat itu! Hehe.

Cukup. Meski jauh berbeda dengan setahun lalu.
Saat dimana masa-masa pukul delapan adalah waktu yang ditunggu.
Saat tidur sendiri tapi merasa tidak, saat lelap dengan mudahnya didapatkan dengan panduan suara merdu dari seberang lautan.

Ya, kamu.. Tidak wajar ya memang, kalau aku masih bertanya kapan kamu pulang? Meski aku tahu kini kamu tak lagi tersesat, kamu memang sudah berubah arah adanya. tetapi, ingatanku padamu selalu muncul dan berkembang biak tak terduga, seperti kadal hitam yang meluncur cepat tiba-tiba di balik rerumputan..

"Ibu,aku mau yang itu!"| "Yang mana?.."|
"Yang merah,yang berani!Itu bagus!"| "Jangan ah, yang itu terlihat tidak baik, Nak.."|
"Aaa,tapi aku suka yang itu.Belikan,ya?"| "Baiklah,tapi Ibu hanya akan membelikanmu satu.Kalau pecah,tak ada lagi.."

Lalu gadis kecil itu mendapat yang diinginkannya. Saking senangnya,dia pegang terlalu erat.
Lalu meletus,melukai jemari,dan menangis meraung-raung.
Tidak dapat apa-apa. Hanya sakit yang berkedut kepanjangan.
Tapi dia konsisten. Dia hanya dapat satu, yang tinggal kepingan karet, yang dia simpan dalam kotak cantik di samping tempat tidur. Yang dia pandangi setiap malam dengan bangga, karena telah berani memilih yang merah, atau memilih merah yang berani..

0 komentar:

 

Blog Template by BloggerCandy.com