Ini mah, miris namanya..
Ketika teman dekat yang hanya kau pedulikan sesekali, kamu pantau sesekali, kamu tanya kabar sesekali.. saat terjadi sesuatu,dengan jelas mengatakan 'sama sahabat aku sendiri!'; sedangkan dengan apa yang dianggap lebih dari itu, yang sesekali ialah selalu, malah mempertanyakan anggapanmu tentang dia.. bahwa kamu tidak menganggap apa-apa, sehingga dia pun tak menganggapmu apa-apa.
Saya mengerti, mungkin memang tingkat 'merasa' kalian jauh berbeda. Tapi, kenapa mempertanyakan apa yang tidak saya lakukan, sementara kamu pun tidak melakukannya untuk saya? Kenapa bertanya apa yang tidak bisa saya beri, sementara kamu hanya bisa meminta? Kenapa, pada ujungnya.. untuk kamu jatuh kamu minta saya bangkitkan, tapi ketika saya jatuh kamu masih saja meminta saya membangkitkan kamu?
Hal ini mudah, bahkan secerah bintang timur di waktu subuh. Kamu, tidak mengerti sedikit pun tentang kata sakti itu. Titik. Karena kamu, selalu.. dan selalu, menempatkan diri sebagai segalanya. Yang merengek, yang merajuk, dan yang ingin dimengerti. Karena kata sakti itu, hanya boleh, dan bisa dipahami.. untuk yang membagi tanpa harus merasa dibagi, untuk yang memahami tanpa harus perlu dipahami, untuk yang merasa tapi tak harus selalu dirasa. Dimana, pada titik itu, proses saling itu berlangsung begitu saja, tanpa harus ada perkataan begini dan begitu.
Karena mereka tak perlu meminta, tapi menawarkan..
0 komentar:
Post a Comment