Friday, March 30, 2012

Kasreng


Ibaratkan, cahaya ialah sesuatu yang krusial dalam rumah kita setelah pondasi. Setelah air, juga udara.

Malam kemarinan, satu kali, sistem pencahayaan dalam rumah saya padam sekejap. Istilahnya "Ngajebret, imah urang poek. Listrikna pareum!.." Insting saya berkata ini mati lampu, atau konslet, atau mungkin kabelnya putus. Tapi, akal sehat pun hinggap. Merefresh benang yang kusut, menimbang yin & yang yang belum terkumpul utuh, dan memutuskan. Untuk menengok kotak segiempat tempat memutus-sambungkan aliran listrik, lalu menekan tombol saklarnya. Agar kembali terang, sudah.

Rangkaian wangi itu terkembang besar, merah muda. Satu berjenis lily, dikelilingi mawar cantik nan wangi. Berteman sekotak manisan aneka rasa, dan dua kantung teh beraroma. Berbungkus merah muda, lagi.. dan berpita coklat.

Ah, merah muda. dan ah yang lebih besar.. coklat.

"Kenapa putih?" | "Karena jangka panjang, merah hanya bentuk menggebu yang bersifat sebentar.."
"Kok pink sih?!!" | "Kan kamu sukanya pink?"

Keyakinan.. bagi orang logis, bagai buoy yang menancap jauh pada jangkar di seabed, namun tetap berpindah dalam radius panjang tali dikalikan faktor arus dan gelombang laut.  Tak rigid. Surreal, seperti siluet pegunungan di kota hujan kala senja, tersamar rintik hujan yang wangi, dan romantis. Bikin keki.

Saya mencoba, untuk percaya. Bahwa otak dan hati pun bisa sinkron. Kali ini, semoga. :)

"Biasanya, insting maneh selalu benar gak sih?" | "Hmm,hampir selalu. Tapi pernah salah.. kenapaa?" | "Cuma kepikiran.."

Lalu kurangkul lenganmu yang katanya membesar akibat deploy-recover selama 3 bulan para pole juga towfish bapuk, plus adu tarik tambang dengan CTD yang kebesaran bagi perairan dangkal. Dan menepuknya pelan.

Yaa, see you?
Tetap.. dengan tanda tanya. Bukan titik. :D



♪ Lights will guide you home
And ignite your bones
And I will try to fix you

Tears stream down on your face
When you lose something you cannot replace
Tears stream down on your face
And I... ♪

[Coldplay: Fix You]

Thursday, March 29, 2012

Pembatas Buku


"Kalo kami boleh demo, Kami lebih depan dari anda hai mahasiswa,
Klo kami boleh bicara kami bicara lebih lantang dari anda wahai mahasiswa,
Andai kalian tidak anarkhis kami tidak akan berdiri tegap menjaga Objek Vital Negara, 
namun berangkulan dengan anda wahai mahasiswa,
apakah kalian tidak paham, Bahwa kami juga merasakan pahitnya jika harga melambung tinggi.
Kalian fikir keLuarga kami makan peluru,
STOP DEMO ANARKHIS,
Dukung Kami menjaga aspirasi damai tanpa kekerasan."

Suara hatiii Aparat Keamanan. 
TNI-AD


Well ya,
PANCASILA: Bhinneka Tunggal Ika.
Saturday, March 24, 2012

AURORA


..still at Handil Baru, Kutai Kartanegara.

Hari-hari terakhir, tiada mimpi.
Mimpi yang itu-itu saja. Tentang rel roller-coaster  yang terputus di puncak, menukik jatuh tajam, terburai hancur percuma dengan lempengan besi yang menusuk-nusuk di sekujur tubuh. Tentang tersesat di labirin tanpa cahaya, tanpa jalan keluar, untuk berputar lalu berputar tiada henti. Atau, tentang percakapan orang-orang yang memaksa keluar menggelegak-gegak dari peti mati. Tak bisa ditutup karena kepenuhan, tak bisa dikubur karena kebesaran, pun tak bisa diledakkan karena begitu kuat, begitu tangguh, tak terabaikan.

Itulah mereka. Mimpi-mimpi yang siang bolong pun pagi buta tetap meraja. Mimpi kosong yang sama, yang mengganggu bagai nyamuk rawa Kalimantan di siang hari. Berisik, dan tak takut soffel. Pfffft.

Entah. Mungkinkah mereka hilang? Atau ketakutan-ketakutan itu meredup satu-persatu? Apakah itu karena waktu, itu karena memori-memori nyata yang benar bisa dipeluk, itu karena keluarga baru, orang baru.. mungkinkah?

Malam tadi, saya menikmatinya. Hanya duduk berpeluk lutut, mendengar musik kota terasing selama dua bulan terakhir. Truk-truk batu bara yang berdesing, binatang malam yang berderik, juga ramai dengkuran makhluk-makhluk lapangan yang bersahutan berlomba mengalahkan sunyi.

Lalu kamu, dengan pikiran jauhmu. Dengan sulit istilahmu yang membuncah. Tersenyum satu-satu.

Ya. Hanya ruang padat tanpa barang. Dengan kita disana. Tanpa massa, tanpa masa, tapi penuh. Tapi hangat, dan berangin. Entah apa namanya.


Apa itu logis, atau pragmatis?
Apa itu individualis, atau kapitalis?
Mau mainstream atau tidak. Paradoks atau tidak.
Sama saja, toh?
Karena intinya ialah pada kualitas yang terupgrade,
bukan sekedar menemukan keutuhan pantulan yang tercermin.

Well, got you..
Hutomo! ;p
 
Tuesday, March 20, 2012

MULTI-SINGLE-BEAM



Ada pelangi, dan hujan yang wangi.
Tersenyum itu mudah.. :)
Saturday, March 17, 2012

Dewa Laut


Mereka, orang-orang besar penguasa lautan. Duduk mengongkang kaki, menegakkan kepala, berbicara tentang puncak-puncak tertinggi, berbicara tentang keping uang yang bergemerincing. Berbicara, tentang badai yang dilalui yang berdesir pecah memekakkan bui. 

Mereka, lalu berkumpul mengampar tikar. Mengalir kesana kemari. Entahlah. Suka-suka saja. Bagai eksklusif yang selalu bersama. Berpikir melingkar, menodong satu orang anak kecil yang baru tahu pertambahan satu tambah satu sama dengan dua. Mereka pikir, tahu segalanya?

Mereka berikrar akan menguasai dunia. Dan mengajak yang mau ikut serta. Mau apa, menguasai dunia.. atau mengikuti jejak mereka? Badut yang gila bekerja tanpa hari Minggu. Badut yang haus ilmu tanpa hari gotong royong dengan Karang Taruna setempat. Badut yang angkuh, yang merasa segala bisa, yang paling tinggi, yang paling hebat, yang paling.. dan paling.

Tidak. Saya tidak mau. Saya mau menguasai dunia, tapi dengan cara sendiri. Tidak dengan apa yang mereka katakan tentang saya. Tidak dengan ribuan petuah yang hanya dari pihak kalian. Tidak. Tidak akan.

Dengan segala hormat, I'll be one in ten, someday. I WILL. Tapi tidak harus dengan apa yang kau katakan. Tak apa menempuh waktu 10 kali lipat lebih lama, karena saya masih sadar akan arti bahagia. Bukan uang, uang, dan uang. Bukan ilmu, ilmu, dan ilmu. Tapi uang, ilmu, dan kebahagiaan. Karena saya bahagia. :)

*dengan beberapa saduran akibat kertas catatan tercuci di kantong, Faaaaaaaaaaaaaak!

Wednesday, March 7, 2012

Iseng


Your iPersonic Type: The Dreamy Idealist

Dreamy Idealists like you are very cautious and therefore often appear shy and reserved to others. You share your rich emotional life and your passionate convictions with very few people. But one would be very much mistaken to judge you to be cool and reserved. You have a pronounced inner system of values and clear, honourable principles for which you are willing to sacrifice a great deal. Joan of Arc or Sir Galahad would have been good examples of your personality type. Dreamy Idealists are always at great pains to improve the world. You can be very considerate towards others and do a lot to support them and stand up for them. You are interested in your fellow beings, attentive and generous towards them. Once your enthusiasm for an issue or person is aroused, you can become a tireless fighter.

For Dreamy Idealists, practical things are not really so important. You only busy yourself with mundane everyday demands when absolutely necessary. You tend to live according to the motto “the genius controls the chaos” - which is normally the case so that you often have a very successful academic career. You are less interested in details; you prefer to look at something as a whole. This means that you still have a good overview even when things start to become hectic. However, as a result, it can occasionally happen that you overlook something important. As you are very peace-loving, you tend not to openly show your dissatisfaction or annoyance but to bottle it up. Assertiveness is not one of your strong points; you hate conflicts and competition. Dreamy Idealists prefer to motivate others with their amicable and enthusiastic nature. Whoever has you as superior will never have to complain about not being given enough praise.

As a Dreamy Idealist you are one of the introverted personality types. Therefore you prefer a quiet work environment where you can intensively deal with your responsibilities and are not disturbed by too many people and repeated distractions. You need a lot of time to dwell on your thoughts, to put them into words, and let your ideas take shape. You are grateful for a certain measure of order and structure because they secure the time to achieve this so you can deal with one task after the other and not have to juggle a number of responsibilities at once - you don’t like that because it is important to you to deal with things thoroughly. Your capability to concentrate is unusually great and very often you become engrossed in something and forget everything around you - even to eat and drink.

Nevertheless, because you are very adaptable, congenial and interested in harmony and cooperation, you enjoy working together with others. A neighborhood that requires the ability to assert yourself and where direct confrontations are the order of the day is not your optimal environment. In order to permit you to fully develop your ability you need an environment that is as stress free as possible. If you can’t get that you soon suffer, because you take critique and negative feedback very personally.


You enjoy the opportunity for exchanges with other people you value and whose capabilities you respect but in this case remember the motto: Better less than more; better a few “hand picked” colleagues who truly move on your wavelength. It is best when you share the same high ideals and important objectives and together can fight for the same good cause because then you are truly in your element. If that is not the case, you do better by largely working by yourself because you belong to the personality types who can do that very well and don’t necessarily have to depend on others in order to come up with good results.


OH YA??!..B)


Tuesday, March 6, 2012

Kanvas



Di luar hujan, sejak pagi. Cukup deras dan berangin. Untuk sayup didendangkan dengan segelas kopi dan setangkup roti keju. Untuk merelakan senyum yang terekspresi sempurna. Tanpa rikuh melakukan kebiasaan kecil yang manis, dan menghisap aroma baru. Mengatakan, sampai jumpa.

Dalam sela-sela syukur karena angan tidur panjang setelah olahraga 'santai' berkilo-kilo melalui medan naik turun dengan hiasan dihinggapi nyamuk berkali-kali, dilanjut autis insomnia memainkan orang-orang maya yang beranak tiga hingga hampir fajar, lalu mengarungi lautan dengan tentu saja menskip memejamkan mata (dan tanpa pening, kamu JAGOAN, Vidia!).. juga, perjuangan untuk menyentuh lelap tidak berhasil karena 200++ DB yang tak juga selesai diproses. Faaaaaaaaaaaaaaakeh~

Layar komputer berkedip. Menyadarkan saya masih 43% lamanya dari persen yang lain. Ah, seandainya saya tak terlihat mengantuk dan limbung, mungkin sekarang sedang tidur manis di Jetty akibat stand-by.. yang akan seperti surga terciprat hujan rintik Mahakam yang halus, dan dilengkapi ***.

Kali ini tiga bintang. Yang, oke.. masih malu saya ceritakan. Entah enggan mengakui, atau mungkin takut salah. Entahlah. Ya, seperti ada bola besar yang ingin dikeluarkan segera, namun karena pengecut disimpan dan secara sengaja ditahan-tahan hingga padam lalu mengecil untuk menyangkut di tengggorokan. Sudah.

Singkat cerita, secara tak sengaja.. dan tidak saya percayai hingga saat ini. Saya, mungkin saja, sepertinya.. bertemu, lagi. Mungkin untuk yang ketiga. Sekeping kristal salju. Yang indah dan rapuh, tak kasat mata, namun melumer ketika disentuh tubuh yang bersuhu tinggi. Sensitif. Sesensitif itu.

Untuk yang ada begitu saja, sebuah impulsif yang biasa dilakukan dalam gamang. Namun bersama diam merambat dan menjalar hangat. Mendetakkan kembali jemari yang kebas akibat berjuta tahun berdiri di tengah hujan deras di luar. Yang kucuri lirik dalam sela tangan yang menutup muka. Yang kutahan senyum yang terwujud. Yang kutahan bahagia, samar. Seperti malu pada matahari, menolak pada gravitasi. Bukan pura-pura, hanya saja skeptis akan kembali berbagi dunia saya satu-satunya. Takut, pada akhirnya, pada akhirnya.. hanya untuk dirampok dan dibawa pergi begitu saja. Menyisakan Bumi yang bopeng-bopeng tak utuh.

Jika kamu mau paham.
Sesungguhnya, saya sudah tak percayai warna pelangi. Hanya abu-abu yang selalu tertangkap lensa. Tapi.. saya memang rindu melukis. Serindu-rindunya. Dalam sebuah kanvas besar tak berbatas, berbekal berkaleng-kaleng tube cat minyak mahal yang wangi juga pintar bergradasi, dan berpuluh-puluh kuas tangguh yang bervariasi. Saya rindu. Seperti rindu akan waktu intim bersama Dia. 

Saya rindu menyelesaikan satu. Lalu tertawa puas. Ini karya saya, bagus kan? :)



Dan kita hilang ingatan tentang apa itu "rumah". Amnesia.

Mungkin kita memang perlu jangkar, momen-momen, benda-benda, orang-orang,
yang bisa mengikat ingatan lepas dan mengembalikan rumah menjadi sesuatu yang intim. 
Yang membuat betah dan memberi makna.
Mungkin juga cinta.

Pada seorang lelaki yang mencintai saya, saya bertanya, apakah makna rumah baginya.
Ia menatap ke dalam mata saya, menjawab tanpa ragu. Kamu.

[Avianti Armand: Arsitektur yang Lain]


Kamu, nduuut.
Lalu selesai, dan hening.

Thursday, March 1, 2012

Meteora


Kusebut meteor, karena hanya ada sesekali.
Karena tak terprediksi, tidak rasional, bagi semua bintang yang bergerak dengan ratusan tahun cahaya.

Kusebut meteor. Agar kamu menyimak dengan benar.
Ia bergerak cepat, dan bisa menghilang. Kapan saja.
Satu kedipan, atau satu hilang fokus.. 
Maka kamu bisa kehilangan jejaknya begitu saja.
Untuk kemudian gelap.

Kusebut meteor. Meteor. Meteor.
Maka buatlah permintaan selagi ia melintas.
Agar Tuhan mendengar. Dan.. semoga saja, mengubahnya menjadi hanya bukan sekedar mimpi.
Maka yang terjadi, terjadilah.




I would rather be ashes than dust!
I would rather be a superb meteor,
every atom of me in magnificent glow,
than a sleepy and permanent planet.
:Jack London:


 

Blog Template by BloggerCandy.com