Ibaratkan, cahaya ialah sesuatu yang krusial dalam rumah kita setelah pondasi. Setelah air, juga udara.
Malam kemarinan, satu kali, sistem pencahayaan dalam rumah saya padam sekejap. Istilahnya "Ngajebret, imah urang poek. Listrikna pareum!.." Insting saya berkata ini mati lampu, atau konslet, atau mungkin kabelnya putus. Tapi, akal sehat pun hinggap. Merefresh benang yang kusut, menimbang yin & yang yang belum terkumpul utuh, dan memutuskan. Untuk menengok kotak segiempat tempat memutus-sambungkan aliran listrik, lalu menekan tombol saklarnya. Agar kembali terang, sudah.
Rangkaian wangi itu terkembang besar, merah muda. Satu berjenis lily, dikelilingi mawar cantik nan wangi. Berteman sekotak manisan aneka rasa, dan dua kantung teh beraroma. Berbungkus merah muda, lagi.. dan berpita coklat.
Ah, merah muda. dan ah yang lebih besar.. coklat.
"Kenapa putih?" | "Karena jangka panjang, merah hanya bentuk menggebu yang bersifat sebentar.."
"Kok pink sih?!!" | "Kan kamu sukanya pink?"
Keyakinan.. bagi orang logis, bagai buoy yang menancap jauh pada jangkar di seabed, namun tetap berpindah dalam radius panjang tali dikalikan faktor arus dan gelombang laut. Tak rigid. Surreal, seperti siluet pegunungan di kota hujan kala senja, tersamar rintik hujan yang wangi, dan romantis. Bikin keki.
Saya mencoba, untuk percaya. Bahwa otak dan hati pun bisa sinkron. Kali ini, semoga. :)
"Biasanya, insting maneh selalu benar gak sih?" | "Hmm,hampir selalu. Tapi pernah salah.. kenapaa?" | "Cuma kepikiran.."
Lalu kurangkul lenganmu yang katanya membesar akibat deploy-recover selama 3 bulan para pole juga towfish bapuk, plus adu tarik tambang dengan CTD yang kebesaran bagi perairan dangkal. Dan menepuknya pelan.
Yaa, see you?
Tetap.. dengan tanda tanya. Bukan titik. :D
♪ Lights will guide you home
And ignite your bones
And I will try to fix you
Tears stream down on your face
When you lose something you cannot replace
Tears stream down on your face
And I... ♪
[Coldplay: Fix You]
0 komentar:
Post a Comment