Wednesday, April 4, 2012

Kabut




Sebuah pesan singkat romantis, dalam kamar kosong di Bukit Duri:
"I know you're sceptic. And you know i love you. Makannya percaya deh, emg aku kaya gini. Jd ga usah cape menerka2 :*"

Apa warnamu, aku tak tahu. Jika dulu aku pernah dengan kepercayaan diri mendeskripsikan seseorang dengan warna biru, maka hal itu kini bagiku tabu. Kenapa?

Kenapa, harus bertanya? Kenapa, harus berpikir? Harus menerka dan menduga? Kenapa, saya tidak dianugerahi kacamata kuda, penutup telinga, juga penebal hati? Kenapa, saya juga harus peduli.. pada orang-orang, yang mungkin.. menyesali pernah mengenal saya, pernah menghabiskan waktu bersama saya, pernah menjadikan saya prioritas nomor satu.. yang rupanya, sia-sia, percuma?!!

Kenapa, saya harus benci situasi kusut-masai, atau berlebihan dengan mengatakannya begitu, yang bahkan banyak oranglain tak acuh serta mengganggapnya biasa saja, lalu bersikap seolah tak ada apa-apa? Untuk apa?

Tidak. Saya tidak berlebihan. Tidak seperti seorang teman lama yang semula polos lalu berusaha sekuat tenaga agar memiliki warna namun dipaksakan, sehingga menjadi buram. Bahkan terlihat menyerupai oranglain, lalu hancur pelan-pelan. Tidak. Tapi, saya peduli. Saya sayang. Saya hanya, ingin semua orang yang saya sayangi bahagia. Dengan atau tanpa saya. Karena itu, saya selalu bertanya bukan.. selama itu berkaitan dengan saya, apa yang bisa saya bantu?

Benar. Banjir. Bandang.
Untuk lemah dengan merasa gelisah dan frustasi akibat jarak. Sangat tipikal. Menyedihkan.

Benda ini memang bebeal, tangguh. Tapi mudah kembali retak. Karena, dia masih bisa bekerja.. sekuat hati. Karena tidak mau, dan tidak akan pernah, kalah oleh tipuan, bau busuk, penganiayaan juga segala aksi murahan yang melemahkan. Dia ingin selalu bangkit, dan harus.

Bahwa peduli setan mereka tak paham, tak mengerti, pun bicara dengan asumsi sendiri. Biarlah. Sini, tukar takdir denganku. Tukar. Maka kupastikan, kau salah satu yang mengambang di Samudera Hindia, atau ditemukan gila di bawah jembatan layang.

Cobalah, untuk berempati. Dan bukan hanya menuduh. Tamat.

0 komentar:

 

Blog Template by BloggerCandy.com