Wednesday, November 21, 2012

Miracle


"BALIK! BALIK!!!"

Saya menghentikan prosesi seluncur pasir dengan elevasi 45-60
◦ itu, lalu menaksir arah datangnya suara yang bersaing dengan deburan angin lereng Mahameru.

"BALIK! OIIII SALAH JALAN!"

Dengan jarak pandang seadanya, menyipitkan mata yang perih tersaput debu. Sesosok kecil mengibarkan bendera kuning nampak di kejauhan kembali berteriak.

Ke gue? Saya menoleh kanan-kiri memastikan, hening. Saya melongok ke atas, mengernyit. Masih nampak beberapa pendaki yang berlarian turun. Tapi masih terlalu jauh untuk diteriaki.

Irawan, teman seperjalanan saya yang sudah melesat jauh turun. Akhirnya nampak menghampiri dengan nafas tersengal.

Saya menaikkan sebelah alis. Ada apa?

"Ambil kiri. Salah jalan."

Saya melirik jalanan curam di depan. Eh, bukannya tadi lurus-lurus aja? Kok?.. Sembari berpikir bingung saya kembali berbalik arah, manut dengan yang lebih pengalaman.

"Yang tadi itu, kalau lurus terus, itu jurang. Banyak yang bablas disana. Patokannya itu ini, dulu pohon, cuma sekarang sudah tumbang habis letusan dulu.." Kawanan parung yang salah satunya mengibarkan bendera menunjuk seonggok kecil kayu di tempat peristirahatan kami.

"WOI! BALIIK! ARAH SINI!!!"

Tuhkan.. Ada yang salah lagi..

Saya bergidik. Apa jadinya jika tadi saya tersesat disana, untuk berakhir seperti batu nisan tak berjasad?

Entah mengapa, saya selalu memiliki firasat tak mengenakkan setiap mendaki gunung. Bukan terinspirasi Soe Hok Gie atau Wakil Menteri ESDM itu.. Tapi rasa takut itu selalu mampir begitu saja. Setiap merencanakan perjalanan, bahkan saat melangkahkan kaki di setiap jejaknya. Berkali saya bertanya pada diri sendiri, "Apakah ini perjalanan terakhir saya?"

Momen ini kembali teringat saat mengobrol santai ala anak kost dengan teman satu kantor saya, membicarakan mahasiswa Unibraw yang bulan lalu hilang saat turun dari puncak.

Pohon itu, yang ditunjuk sebagai patokan jalan, ialah Cemoro Tunggal. Dulunya dikatakan terdapat satu-satunya Pohon Cemara yang berdiri tegak di perbatasan vegetasi dengan medam berpasir.

Dan jurang itu, yang terletak di percabangan kanan dari arah puncak, dikatakan sebagai Blank 75. Ialah daerah jurang sedalam 75 meter yang konon merupakan titik terbesar dalam memakan korban jiwa.
(Sumpah, sangking awamnya saya, saya tidak tahu akan hal ini. Begitu pula dengan etika tidak menginjak batu. I am really sorry, mamen.. :p)

Pun mahasiswa itu, yang ditemukan 3 hari kemudian di "jembatan setan"..

Di tengah hujan deras yang tak henti, Iqbal tak putus asa, dengan semangat dan sisa tenaga yang dimilikinya, Iqbal memutuskan untuk mencari lokasi yang dianggap aman dari terjangan hujan untuk beristirahat, untunglah dia menemukan sebuah goa tak jauh dari lokasi.
"Tiga hari empat malam saya tersesat dan dua hari saya memilih bermalam di dalam goa yang ada disana," kata Iqbal. Hari demi hari tersesat, Iqbal memalaluinya dengan perut kosong dan rasa haus yang amat sangat. Beruntung, di hutan tempat dia tersesat banyak genangan air sisa-sisa air hujan. "Saya bersyukur karena saya bisa minum dari genangan air hujan itu," kata Iqbal.
Untuk mengisi perutnya yang kosong, Iqbal memakan buah-buahan hutan yang dia temukannya. "Untung di hutan itu banyak buah arbei, saya makan itu untuk tetap bertahan hidup,"kata Iqbal.
Sampai pada akhirnya Iqbal ditemukan tim SAR, empat hari setelah dia dinyatakan hilang. Iqbal ditemukan tengah duduk bersandar di bawah pohon di sekitar area Blank 75 tak jauh dari Pos Kalimati. [Sumber: http://obornews.com].
Ah. Jika memang di jurang kering berpasir dengan kerangka berserak di sekitarnya itu memang terdapat gua yang penuh air juga hutan yang kaya buah-buahan, maka sungguh Maha Besar Tuhan dengan segala kuasa-Nya. Keajaiban yang tidak masuk logika. Keajaiban milik Dia..

"Sumpah, Man! Aku yang temuin dia waktu itu, gak ada gua sama sekali! Kucari kanan-kiri, gak ada gua!!!"
 seorang teman, salah satu tim Mapala Rescue

Aih, Bang.. Makasih ya sudah menyelamatkan saya..

Saya pun tersenyum manis pada kawanan itu, lantas izin melanjutkan perjalanan terlebih dahulu, menuju Kalimati..

6 komentar:

Unknown said...

tanpa cinta, tidak akan pernah ada 7 ke ajaiban dunia

Anjani Dewidaru said...

ini apa nyambungnya post ini sm cinta dan keajaiban dunia Bak? =))

Unknown said...

hahaha, 7 keajaiban dunia itu lahir dan terbentuk atas dasar apa.? cinta kan.? Taj Mahal sebuah makam yg di banguun Shah Jahan untuk istrinya, Tembok Cina di bangun atas dasar kecintaan kaisar pada teritorial wilayah nya. Piramid juga di bangun atas dasar kecintaan rakyat kepada raja Firaun..dst. hubungan sama post ini yaa sederhana aja..kalo bukan atas dasar kecintaan sesama pendaki mungkin ceritanya dah bedaa..mereka memberi himbauan kepada pendaki lain agar jangan melewati jalan yang di nilai sangat riskan waktu itu karena kecintaan antara pendaki dan pendaki lainnyaa....wkwkwkw. sotoooy ye gua, sorry deh kepanjangan penjelasannyaa.

Anjani Dewidaru said...

oooh ha3.. iya itu ngeh gue. cm sbenarnya inti dr post ini ialah keajaiban si goa d blank75 Bak. :D

Unknown said...
This comment has been removed by the author.
Unknown said...

yaa mau di goa ke', laut, angkasa, dan dimana-mana..pokoknya gitu dehh..hii *ga mau kalah!

 

Blog Template by BloggerCandy.com