Kurebahkan dia di kursi kayu, dengan sisa tenaga yang kupunya.
Dia, yg kini bernafas satu-satu. Matanya terpejam, sunyi.
Bentuknya sama denganku, begitu utuh. Meski parasnya tak kukenali, yg semakin lama mengingatkanku pada sesuatu namun ntah apa. Seperti biasa, aku lupa, itu mudah.
Tak ada luka dimanapun, sepanjang yang kulihat. Tapi, siapa yang tahu? Karena sepertinya dia begitu tersiksa. Begitu,.. kelelahan.
Kumatikan lampu, dan kutarik selimutnya rapat.
Tak ada lagi yg bisa kulakukan saat ini selain itu.
Dia berasal dari tempat asing dan jauh, dan dia butuh beristirahat.
Itu yang kukatakan pada Ayah & Ibu. Mereka hanya menatapku dan dirinya yang terpejam bergantian, prihatin.
Lalu hanya mengingatkanku untuk tak lupa mengunci pintu, dan pergi tidur.
Well, apalagi yang bisa kujelaskan?
Benar dia itu siapa pun aku tak tahu. Dia hanya datang tiba2, di depan sana, terengah-engah.
Mengagetkanku yang duduk nanar merangkai kata, berlatih membuat karya ilmiah dan bukan prosa. Dia bahkan mengganggu proses pembuatan kopi cangkir kelima milikku, yang kuseduh sepanjang malam.
Ah sudahlah,..
Kulirik lagi dia yang tak bergerak, statis. Mungkin esok hari, atau lusa nanti, dia akan terbangun, dan menguraikan berjuta definisi tentang dirinya.
Cukup untuk malam ini, aku masih punya banyak hal yang harus dikerjakan sebelum pagi.
Dan semoga, saat pagi datang orang asing itu masih disana. Tak pergi tiba2 sebagaimana dia datang. Tapi terjaga, dgn nafas yang panjang2, baik2 saja. Dan berbicara dengan bahasa yang kumengerti, bukan dari planet Krypton, maupun Pandora.
Semoga..
0 komentar:
Post a Comment