Jika perjalanan menelusuri Kerajaan Rinjani ialah perjalanan jiwa bagi saya dimana saya kehilangan seorang "teman", maka perjalanan kali ini ialah perjalanan hati. Menuju Mahameru saya menemukan cinta. Esa hilang dua terbilang.
Mari berkelana dengan rapat tapi tak dibebat.
Janganlah saling membendung apabila tak ingin tersandung.
Pegang tanganku, tapi jangan terlalu erat, karena aku ingin seiring dan bukan digiring...
Musim itu musim kering. Saat angin bertiup kencang dan suhu dingin menghunus tulang tak main-main. Dari angka empat hingga minus dua. Saat cuaca beku nakal menelusup ke buku-buku jari, membangunkan siapa saja yang sok merasa hebat tak melindungi diri dengan pakaian tebal. Alam mengerucut, butir es serut menghiasi para tenda pendaki di pagi buta.
Perjalanan saya kali ini istimewa. Karena, pada akhirnya saya berhasil menemui sang pujaan hati sejak dahulu. Mahameru.. oh Mahameru. Berapa tahun sudah saya bersabar untuk bertemu denganmu, 8 tahun ya? Mungkin lebih. Karena rindu itu menggelegak tumpah saking senangnya. Karena, dia. Teman satu perjalanan saya yang sok cool dan gemar menyeruput es kopi. Si Tuan Reseh. Yang memanjakan tapi tak meniadakan. Yang mendorong tapi tak menjatuhkan. Yang melepas tapi melindungi.
Yang rapat, tapi tak membebat.
Musim itu musim kering. Saat angin bertiup kencang dan suhu dingin menghunus tulang tak main-main. Dari angka empat hingga minus dua. Saat cuaca beku nakal menelusup ke buku-buku jari, membangunkan siapa saja yang sok merasa hebat tak melindungi diri dengan pakaian tebal. Alam mengerucut, butir es serut menghiasi para tenda pendaki di pagi buta.
Perjalanan saya kali ini istimewa. Karena, pada akhirnya saya berhasil menemui sang pujaan hati sejak dahulu. Mahameru.. oh Mahameru. Berapa tahun sudah saya bersabar untuk bertemu denganmu, 8 tahun ya? Mungkin lebih. Karena rindu itu menggelegak tumpah saking senangnya. Karena, dia. Teman satu perjalanan saya yang sok cool dan gemar menyeruput es kopi. Si Tuan Reseh. Yang memanjakan tapi tak meniadakan. Yang mendorong tapi tak menjatuhkan. Yang melepas tapi melindungi.
Yang rapat, tapi tak membebat.
Yang memegang tanganku, tapi tak terlalu erat.
Yang seiring, dan bukan menggiring.
Namanya Aa, A dan a. Duplikasi huruf abjad pertama. Pertama kali bertemu pada suatu musim cerah di bulan Juni, berteman aliran sungai bintang juga padang perairan yang luas. Aa bukan kunang-kunang malam, yang mengajakku terbang. Juga bukan bunga dandelion, yang senang menanti hembusan angin. Apalagi matahari panas, yang meledak membakar habis Bumi.
Aa hanya menyuruhku berjalan, lagi dan lagi.
Tidak menyerah. Menuju puncak. Menuju kejora.
Aa. Ialah seorang yang ditakdirkan Tuhan.
Untuk membuat saya merasa, bahwa saya sangat berharga.
Yang seiring, dan bukan menggiring.
Namanya Aa, A dan a. Duplikasi huruf abjad pertama. Pertama kali bertemu pada suatu musim cerah di bulan Juni, berteman aliran sungai bintang juga padang perairan yang luas. Aa bukan kunang-kunang malam, yang mengajakku terbang. Juga bukan bunga dandelion, yang senang menanti hembusan angin. Apalagi matahari panas, yang meledak membakar habis Bumi.
Aa hanya menyuruhku berjalan, lagi dan lagi.
Tidak menyerah. Menuju puncak. Menuju kejora.
Aa. Ialah seorang yang ditakdirkan Tuhan.
Untuk membuat saya merasa, bahwa saya sangat berharga.
Itulah bintangku
Bintang kejora
yang indah s'lalu..
2 komentar:
Aaaaaaaaaa, selamaaaaat!!
hihi :p
Post a Comment