Pernah suatu ketika saat membicarakan kepribadian manusia yang pada umumnya terbagi menjadi empat: merah, kuning, biru, dan putih.. seorang teman berkata bahwa saya memiliki warna seperti bunglon, memiliki 493 warna mungkin. Bahwa menjadi coklat pada kayu, hitam pada arang, juga berkelip warna-warni pada lampu disko.
Dahi saya mengernyit.. Maksud lo, gue gak punya kepribadian, gitu?
Positifnya, dia bilang.. saya bisa menjadi apa saja, siapa saja, dan dimana saja. Negatifnya, mungkin, ialah tak ada yang pernah tahu apa warna saya sesungguhnya. Karena bunglon tak berwarna. Teman saya kemudian berkata, mungkin bunglon harus hidup bersama bunglon. agar pada akhirnya, bunglon memiliki warna aslinya, warna bunglon.
Ah.. izin ketawa guling-guling, Kapten! ;p
Juga tentang hewan pengerat bergigi besar, tupai. Bahwa sepandai-pandainya tupai melompat, pasti pernah terjatuh. Memang tupai yang bodoh, senang melompat-lompat. bahwa meski maksud hati melompat hanya untuh memastikan dahan pohon besar, rindang, dan penuh kehidupan yang akhirnya.. dia temukan, itu sungguh kuat. Tak akan ada yang percaya, karena dia biasa melompat. Yang terjadi ialah.. si dahan pohon akan patah, merasa dibandingkan bahkan diremehkan. Kesimpulannya, tupai itu makhluk yang sangat bodoh karena masih saja iseng melompat-lompat. Atau mungkin sang pohon tidak cukup tangguh untuk mengerti, meminjam istilah teman saya.. bahwa tupai itu bukan tupai biasa.
Tupai itu tak cukup puas hanya dengan menemukan dahan yang tepat.. membuat sarang, mengumpulkan makanan, berteduh. Bahwa meski dia settle pada sebuah pohon, dia tak pernah lelah melompat. Dia selalu.. mencari tantangan, mencari sensasi. Tentang bagaimana suatu dahan bila diikat dnegan pita merah cantik, atau bagaimana bila satu dua ranting dia gigit-gigit hingga merasa yakin tak akan bercabang. Dia, bodoh.. bodoh tingkat tinggi.
Juga tentang dewasa. Untuk menghabiskan kemana hari libur yang hanya terjadi sekali setahun. Paham saya, bahwa terkadang menjadi kekanakan juga diperlukan agar bisa bertahan, Tak ada yang salah apabila kita secara tiba-tiba melewati jalan memutar yang lebih jauh dan lebih lama, untuk sekedar menikmati proses tenggelamnya matahari di ujung laut. Untuk membuat kita tetap waras. Toh, pada akhirnya kita juga akan tetap mencapai tempat tujuan semula bukan? So, why so serious? :))
Bukan, itu bukan lari.. tapi menikmati, tanpa melewatkan satu detil pun hal indah yang tampak. Hehe.
Are you okay?? Just be tough, mate. That's all i can say. :)
Percaya aja Tuhan udah ngatur jalannya. :) *peluuukkk*
Boleh aja sih ngeluarin emosi, tapi in the end, life goes on men! You liVe not for anyone but yourself.
Strong. Strong. Strong. I'm strong enough. I believe it.
and i promise to all of you guys, who cares about me.. My life WILL never end. Must keep on breathing, and touch the air~! :D
0 komentar:
Post a Comment